32. TAFSIR SURAT AS SAJDAH
dinamakan surat asajdah karena ada sujud sajdah di ayat 15
اِنَّمَا
يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا
وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۩
Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah
orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka
menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak
menyombongkan diri.
عن
المسيب بن رافع أن النبي قال: « ﴿الم تنزيل﴾ تجيء لها جناحان يوم القيامة تُظِلُّ
صاحبها وتقول لا سبيل عليه لا سبيل عليه.»
Surah As-Sajdah merupakan surah ke-32 dalam Alquran. Surah ini
terdiri dari 30 ayat dan termasuk ke dalam kategori surah makkiyah.
Surah Sajdah diambil dari kata yang tertera pada ayat ke 15 yang
berarti sujud. Surah ini diturunkan setelah surah Al-Mu’minun.
Rasulullah menganjurkan pada umatnya untuk membiasakan diri membaca
surah As-Sajdah. Khususnya dibaca pada rakaat pertama dan membaca surah
Al-Insan pada rakaat kedua saat sholat Subuh di hari Jum'at.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah pada rakaat pertama
dalam sholat subuh pada hari jum'at membaca Alif Lam Mim Tanzil (As-Sajdah).
Adapun pada rakaat kedua membaca surah Al-Insan.
هَلْ
أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَـٰنِ حِينُ مِّنَ ٱلدَّهْرِلَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا
Artinya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (HR. Ahmad
dan Al-Bukhari)
Selain itu, sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi:
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كَانَ النَّبِيَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- لَا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ: {الم، تَنْزِيلُ} السَّجْدَةَ، وَ
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْك
Artinya: Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW tidak tidur sebelum
membaca Alif Lam Mim Tanzil (As-Sajdah) dan surah Tabarak (Al-Mulk).
Pokok kandungan Surah As-Sajdah:
1. Aturan mendirikan sholat malam (sholat tahajud dan witir)
2. Menjelaskan tentang proses kejadian manusia di dalam rahim
sampai menjadi manusia
3. Menjelaskan tentang keadaan orang mukmin di dunia dan nikmat
yang mereka peroleh di akhirat
4. Menceritakan kehinaan yang menimpa orang kafir di akhirat hingga
mereka memohon untuk dikembalikan ke dunia kembali
7. Menyatakan tentang kebenaran bahwa Nabi Muhammad SAW seorang
rasul dan menjelaskan bahwa belum diutus seorang rasul pun kepada kaum Musyrik
Makkah
8. Menjelaskan bahwa Allah adalah penguasa alam semesta dan yang
mengaturnya dengan aturan yang sempurna.
Keutamaan Membaca Surah As-Sajdah
1. Diampuni segala dosa
Khalid bin Ma’dan RA berkata: “Bacalah surah Al-Munjiah (yang
menyelamatkan) yaitu alif lam tanzil As-Sajdah, sebab saya mendapat keterangan
bahwa ada seorang yang biasa membacanya, dan tidak membaca lain-lainnya, sedang
ia banyak berdosa, tiba-tiba surah ini menghamparkan sayapnya dan berkata : Ya
Rabbi ampunilah orang ini, karena ia selalu membacaku, maka Allah menerima
pembelaan (syafa’at)nya, dan berfirman: Tulislah untuk hamba-Ku itu ditempat
tiap dosa dengan kebaikan dan naikkan derajatnya.” (HR. Addarimi).
2. Surah As-Sajdah selalu dibacakan oleh Nabi SAW
Jabir RA berkata: “Biasa Nabi SAW tidak tidur sehingga membaca
surah Alif lam mim Tanzil (As-Sajdah), dan Tabarakalladzi biyadihil
mulku(Al-Mulk).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa’i, Al Hakim).
3. Menaungi bagi pembacanya
Nabi Saw bersabda: “Alif Lam miim As-Sajdah datang di hari Kiamat
dengan mempunyai dua sayap yang menaungi pembacanya, seraya berkata: Tak ada
jalan bagi orang lain atas engkau, tak ada jalan bagi orang lain atas engkau.”
(HR. Abu ‘Ubaid).
4. Mendapatkan surga
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bila seorang
anak Adam membaca surah “As- Sajdah” kemudian ia bersujud, maka pergilah setan
menepi seraya menangis dan berkata, “Betapa celakanya aku! Anak Adam diperintah
untuk bersujud, ia pun bersujud, maka ia mendapatkan surga, sedangkan aku
diperintah untuk bersujud, aku pun enggan, maka aku mendapatkan neraka.” (HR.
Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Muslim) Shahih.
5. Selalu dibaca Rasulullah SAW dalam sholat subuh
Ibnu Abbas RA berkata: “Bahwa Rasulullah SAW, biasa membaca dalam
sholat subuh hari jum’at pada rakaat pertama sesudah Fatihah adalah surat Alif
laam mim Assajadah. Dan pada rakaat kedua sesudah Fatihah adalah surah Hal Ataa
alal insaan" (HR. Muslim).
قال
رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم: من قرأ تبارك الذي بيده الملك والم تنزيل
السجدة بين المغرب والعشاء الآخرة فكأنما قام ليلة القدر،
قُلْ
يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ
تُرْجَعُوْنَ ࣖ
Terjemahan
Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu
akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.”
عزرائيل
معناه عبد الله
Allahﷻ berfirman:
قُلْ
يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ
Katakanlah, ¤Malaikat maut yang diserahi untuk
(mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.‡ (As- Sajdah, [32:11])
Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa malaikat maut
tersebut adalah malaikat yang tertentu di antara malaikat- malaikat
lainnya, sebagaimana yang tersimpulkan dari makna hadis Al- Barra yang
telah disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim.
Sebagian asar menyebutnya malaikat Izra¦il, pendapat
inilah yang terkenal, dikatakan oleh Qatadah dan lain- lainnya
yang bukan hanya seorang. Malaikat maut mempunyai banyak
pembantu yang terdiri dari malaikat lainnya.
Dan memang demikianlah disebutkan di dalam sebuah hadis
yang menyebutkan bahwa para pembantu malaikat maut mencabut roh dari
semua bagian tubuh. Dan manakala roh telah sampai di
tenggorokan orang yang bersangkutan,
barulah malaikat maut yang mencabutnya.
¬Mujahid mengatakan bahwa dilipatkan baginya bumi
ini dan dijadikan seperti piala, dia dapat mengambil
sebagian darinya manakala dia menginginkannya. Zuhair
ibnu Muhammad telah meriwayatkan hal yang semisal dari
Nabiﷺ secara mursal. Hal yang sama dikatakan
pula oleh Ibnu Abbas.
¬Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Abu Yahya Al- Muqri, telah
menceritakan kepada kami Umar ibnu Samurah, dari Ja¦far
ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut, bahwa
Rasulullahﷺ melihat malaikat
maut berada di kepala seorang lelaki dari kalangan Ansar. Maka Nabiﷺ bersabda kepadanya: Hai
malaikat maut, lemah lembutlah terhadap
sahabatku ini, karena sesungguhnya dia adalah orang
mukmin. Malaikat maut menjawab, ¤Hai Muhammad, tenangkanlah
dirimu dan senangkanlah hatimu, karena
sesungguhnya aku selalu berlaku lemah lembut kepada
semua orang mukmin. Dan perlu engkau ketahui bahwa tiada
suatu penghuni rumah pun di bumi ini, baik di kota maupun di
kampung, dan baik di daratan maupun di laut, melainkan aku jabat
tangan (roh) mereka setiap harinya sebanyak lima kali, sehingga
aku lebih mengetahui siapa yang kecil dan siapa yang
besar dari mereka daripada diri mereka sendiri. Demi Allah,
hai Muhammad, seandainya aku hendak mencabut nyawa seekor nyamuk, aku
tidak mampu melakukannya melainkan setelah mendapat
perintah dari Allah yang
memerintahkan aku untuk mencabutnya.‡
¬Ja¦far mengatakan, telah
sampai kepadanya suatu riwayat yang menyebutkan bahwa
sesungguhnya malaikat maut menyalami
mereka hanyalah di saat tiap- tiap waktu salat masuk. Dan
apabila malaikat maut datang kepada mereka di waktu ajalnya, maka
bila yang bersangkutan termasuk orang- orang
yang memelihara salatnya, malaikat maut mendekat
kepadanya dan mengusir setan, lalu
mengajarinya mengucapkan kalimah ¤Tidak ada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah‡ di
saat- saat yang sangat berat itu.
¬Abdur Razzaq mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, dari
Ibrahim ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Mujahid mengatakan, ¤Tiada suatu rumah pun yang
ada di muka bumi ini, baik di kota maupun
di kampung, melainkan para penghuninya
didatangi oleh malaikat maut sebanyak dua kali setiap harinya.‡
¬Ka¦bul Ahbar mengatakan, ¤Demi Allah, tidak ada
suatu rumah pun yang di dalamnya ada seseorang yang menghuninya melainkan
malaikat maut berdiri di depan pintu
rumahnya setiap hari sebanyak tujuh kali. Dia melihat apakah di
dalam rumah terdapat seseorang yang dia
diperintahkan untuk mencabut nyawanya.‡ Demikianlah menurut
apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
***
Firman Allahﷻ:
ثُمَّ
اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ
kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.
(As- Sajdah, [32:11])
Yakni di hari kalian dibangkitkan dari kubur agar
kalian menerima balasan dari amal perbuatan kalian.
Tugas Malaikat Izrail
Malaikat izrail bertugas untuk mencabut nyawa seluruh makhluk hidup, baik
manusia, jin, iblis, hingga setan apabila telah tiba waktunya. Oleh karena itu,
nama lain dari malaikat Izrail yaitu malaikat maut.
Dalam Al-Qur'an Allah menyebut Malaikat Maut ini dalam surah As-Sajdah ayat 11.
Allah SWT berfirman:
قُلْ
يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ
Katakanlah, ¤Malaikat maut yang diserahi untuk
(mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.‡ (As- Sajdah, [32:11])
Konon, Malaikat pencabut nyawa melihat kita 70 kali sehari. Hal
tersebut dimuat dalam Kitab At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi.
Ulama lain, seperti Imam as-Suyuthi juga meriwayatkannya dalam salah satu
kitabnya. Hadits tersebut berbunyi:
إن ملك الموت لينظر في وجوه العباد كل يوم سبعين نظرة،
فإذا ضحك العبد الذي بعث إليه يقول: يا عجبا، بعثت إليه لأقبض روحه وهو يضحك
Artinya:
"Sesungguhnya Malaikat Maut memandang wajah para hamba setiap hari 70
kali. Ketika manusia tertawa, Malaikat Maut yang diutus itu berkata: Sungguh
aneh dia, aku diutus untuk mencabut rohnya, sedangkan ia masih sempat
tertawa."
Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan, bahwa hadits tersebut diriwayatkan Abu
Hadbah Ibrahim bin Hadbah dari Anas bin Malik RA, dari Rasulullah SAW. Namun,
dalam At-Tahrir Al-Murassakh dikatakan bahwa hadits itu adalah maudhu' atau
palsu.
Pasalnya, menurut Ibnu Hatim, Abu Hadbah adalah pendusta. Wallahu a'lam.
Ciri-ciri Malaikat Izrail
Cerminan beriman kepada malaikat Izrail, yaitu selalu mempersiapkan diri dengan
beribadah dan berbuat baik untuk menghadapi kematian, dan juga berdoa agar
terhindar dari siksaan sakaratul maut (saat ajal menjemput).
malaikat Izrail sebagai malaikat maut memiliki tiga ciri khusus, di antaranya:
1. Menanti di Pintu Rumah
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa malaikat maut akan menanti di depan pintu
rumah-rumah manusia hingga waktu ajal mereka tiba.
Kisah ini diterjemahkan oleh At-Tadzkirah Jilid 1 karangan Imam Syamsuddin
Al-Qurthubi yang diceritakan kembali kisah dalam hadits marfu' pada khabar yang
masyhur di Kitab Al Arba'in.
Diceritakan dari Anas bin Malik RA, bahwa Malaikat pencabut nyawa akan
sehari-harinya yaitu berdiri lima kali sehari di depan pintu rumah. Kegiatan
ini menjadi penanda bahwa ajal sangat dekat dengan manusia.
Abu Nu'aim Al Hafizh dalam Tsabit Al Bunani menambahkan, bahwa malaikat
pencabut nyawa akan selalu dalam posisi siap memperhatikan tiap nyawa makhluk
hidup selama 24 jam, hingga menanti perintah dari Allah SWT untuk mencabut
nyawa seseorang.
2. Bisa Mencabut Nyawa dengan Jari dalam Satu Waktu
Asy'ats bin Aslam menceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS pernah bertanya kepada
malaikat Izrail tentang bagaimana cara dia mencabut nyawa yang berjauhan dalam
satu waktu.
Kemudian, malaikat pencabut nyawa menjawab, "Aku bisa memanggil nyawa atas
seizin Allah SWT, sehingga nyawa-nyawa itu ada di antara kedua jariku
ini."
Dalam At-Tahrir Al Murassakh yang diriwayatkan Ibnu Abid Dunya, menyebutkan
bahwa bumi juga dibentangkan baginya, lantas dibiarkan layaknya nampan yang
darinya dia bisa mencomot apa saja yang dia mau.
3. Penampakan Malaikat Maut Saat Mencabut Nyawa
Apakah malaikat maut menampakkan diri? Ada sebuah riwayat yang menerangkan
tentang wujud malaikat maut saat mencabut nyawa. Malaikat maut akan menampakkan
wujudnya secara berbeda kepada orang mukmin dan orang kafir.
Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Kitab At-Tadzkirah menerangkan bahwa sebuah
riwayat dari Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS pernah meminta
malaikat pencabut nyawa ini memperlihatkan wujud kepadanya saat mencabut nyawa
orang mukmin yang shalih.
Setelahnya, ia melihat malaikat maut berwujud menjadi seorang pemuda tampan,
berpakaian indah, beraroma harum, dan penampilan yang sangat menarik.
Kemudian, Nabi Ibrahim meminta Malaikat Maut untuk memperlihatkan wujudnya
ketika mencabut nyawa orang kafir. Malaikat maut akan berwujud menyeramkan
ketika mencabut nyawa orang kafir.
Penampakannya seperti seorang manusia berkulit hitam, di mana kedua kakinya di
bumi dan kepalanya di langit, bahkan terlihat nyala api di setiap helai rambut
yang ada di tubuhnya.
Tanda-tanda Malaikat Pencabut Nyawa Datang
Dikutip dari ebook The Prophetic Wisdom oleh Miftah Fauzi Rakhmat, suatu ketika
Nabi Ibrahim pernah berkata pada malaikat maut, "Mengapa engkau datang
tiba-tiba tanpa ada berita sebelumnya? Tidakkah engkau tahu, kalau meskipun
besar kerinduanku pada Tuhan, tapi aku masih belum cukup mempersiapkan
bekal?"
Sat itu, permintaan Nabi Ibrahim dikabulkan dan usianya diperpanjang oleh
Allah, hal ini membuat malaikat maut harus kembali lagi.
Masa dan waktu berlalu, malaikat maut pun kembali berada di hadapan Ibrahim,
dan siap untuk mencabut nyawanya.
Seketika, Ibrahim berkata "Bukankah aku sudah memintamu untuk mengabariku
dahulu? Bukankah Tuhan sudah kabulkan bahwa kau akan memberi tanda-tanda
kedatanganmu?
Malaikat pencabut nyawa itu pun menjawab, "Tanda-tanda kedatanganku telah
lama aku sampaikan. Tidakkah kau lihat rambutmu yang sudah memutih? Itu adalah
tanda betapa dekatnya aku denganmu. Apakah kau tak sadari punggungmu yang
melengkung? Itu merupakan tanda aku akan menghampirimu. Tidakkah kau merasa
tubuhmu melemah dan penyakit sering menhampirimu? Itu juga menjadi tanda bahwa
aku akan semakin dekat denganmu."
Sejatinya, Allah SWT sudah menentukan kapan waktu kematian kita. Di mana,
kematian tersebut bisa terjadi kapan dan di mana saja
Itu tadi penjelasan seputar malaikat Izrail yang merupakan malaikat pencabut
nyawa. Semoga dengan mengimani malaikat Izrail, kita bisa rajin beribadah
karena hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kita semua kembali.
3 Utusan Kematian untuk Nabi Ya‘qub
Mengutip kitab Zuhur al-Riyâdhah, Imam al-Ghazali mengisahkan dalam
Mukasyafatul Qulub bahwa Nabi Ya‘qub ‘alaihissalam bersahabat dengan malaikat
maut. Pada suatu ketika, malaikat datang kepadanya. Ditanya oleh Nabi Ya‘qub,
“Wahai malaikat maut, engkau datang kemari untuk bertamu atau mencabut ruhku?”
Malaikat menjawab, “Aku datang hanya bertamu.”
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam bertanya, “Jika begitu, aku ingin menyampaikan
suatu permintaan.” Malaikat bertanya, “Permintaan apa itu?” Nabi melanjutkan,
“Aku harap engkau memberitahuku saat ajalku sudah dekat dan engkau ingin
mencabut ruhku.” Malaikat pun menyanggupi, “Baiklah, aku akan mengirim dua atau
tiga utusan.”
Tatkala ajal Sang Nabi sudah habis, malaikat maut kembali datang.
Ditanya lagi oleh Nabi alaihissalam, “Apakah engkau sekadar bertamu, atau
hendak mencabut ruh?” Malaikat menjawab, “Aku datang untuk mencabut ruhmu.”
Sang Nabi terkejut, sebab malaikat datang tiba-tiba untuk mencabut nyawa tanpa
pemberitahuan sebelumnya, “Bukankah engkau pernah memberi tahuku akan mengirim
dua atau dua utusan?” Malaikat menjawab, “Benar, dan aku telah mengirim putih
rambutmu sebagai utusan pertama. Padahal engkau tahu, rambutmu sebelumnya
hitam. Kemudian aku mengirim lemah badanmu sebagai utusan kedua. Padahal,
engkau tahu tubuhmu sebelumnya kuat. Terakhir, aku mengirim bongkok tubuhmu
sebagai utusan ketiga. Padahal, tubuhmu sebelumnya tegak. Itulah
utusan-utusanku kepadamu, wahai Ya‘qub, sekaligus kepada Bani Adam menjelang
kematian mereka.”
موت الفجأة راحة للمؤمن وأخذة أسف للكافر أي أخذة غضب أو غضبان يقال
أسف يأسف أسفا
Kematian dalam Pandangan Islam
Salah satu ayat Al-Qur'an yang membahas tentang kematian ada dalam
Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 78. Allah SWT berfirman:
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ
بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ
عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ
ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا
يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Artinya: Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu,
meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang
munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, "Ini dari sisi
Allah" dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, "Ini
dari engkau (Nabi Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari
sisi Allah." Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?
Tafsir dari ayat tersebut adalah sebagaimana hadits berikut ini,
yakni bagi orang yang bertakwa kematian bukan sebagai bencana melainkan
istirahat, berbeda dengan orang yang ingkar.
موت الفجأة راحة للمؤمن وأخذة أسف للكافر
Artinya: "Kematian mendadak adalah istirahat bagi mukmin dan
penyesalan bagi orang kafir." (HR. Ahmad).
Sementara itu, Nabi Muhammad juga mengatakan bahwa sebaik-baik
orang beriman adalah ia yang senantiasa mengingat kematian. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Abudullah bin Umar RA:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ فَأَىُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ
لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ»
Artinya: "Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma bercerita:
Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datang seorang
lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang
paling terbaik?
Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya, orang ini bertanya
lagi: Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?, Beliau
menjawab: Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya
setelah kematian, merekalah yang berakal." (HR. Ibnu Majah).
فما من يوم تطلع فيه شمس ولا تغرب إلا وملك الموت ينادي: يا أبناء
الأربعين، هذا وقت أخذ الزاد، أذهانكم حاضرة، وأعضاؤكم قوية شداد، يا أبناء
الخمسين، قد دنا وقت الأخذ والحصاد، يا أبناء الستين، نسيتم العقاب، وغفلتم عن رد
الجواب
Seruan Malaikat untuk Umat Manusia yang Berusia 40, 50, dan 60
Tahun
Malaikat menyerukan umat manusia untuk segera berbuat baik
Usia yang sangat terbatas di kehidupan dunia akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Setiap detik perbuatan manusia
selama hidupnya akan menentukan kehidupan di akhirat nanti. Apakah mereka
pantas ditempatkan di surga atau neraka?
Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun. Umatnya hanya memiliki
usia hidup rata-rata antara 60-70 tahun. Selebihnya, sedikit orang yang usianya
melebihi 70 tahun. Umur umat Nabi
Muhammad SAW rata-rata hingga 60 tahunan mengikuti Rasulullah SAW yang wafat
pada umur 63 tahun tersebut.
Maka apabila ada orang yang diberi usia yang panjang hingga lebih
dari enam puluh tahun, bersyukurlah, sebab Allah SWT memberikan kesempatan
untuk bertobat dan meraih lebih banyak pahala dari amal kebaikan.
Seorang apabila telah menapaki usia empat puluh tahun, maka lebih
giatlah dalam beribadah kepada Allah SWT.
Sebab di usianya itu masih banyak kebaikan yang dapat dilakukan.
Dan penyesalan bagi orang-orang yang telah mencapai usia 60 tahun tapi sedikit
sekali amal ibadahnya, atau justru banyak melupakan Allah SWT.
Maka baginya kecelakaan. Bila tidak juga bertobat hingga ajal
menjemputnya dia akan menemukan kesengsaraan abadi di akhirat. Tidak ada
satupun yang dapat menolongnya.
Dalam kitab at-Tadzkirah karya Imam Qurthubi disebutkan bahwa
malaikat maut senantiasa menyeru pada manusia untuk mengingat umurnya
masing-masing. Sebab bertambahnya umur adalah tanda semakin dekatnya kepada
ajal.
فما من يوم تطلع فيه شمس ولا تغرب إلا وملك الموت ينادي: يا أبناء
الأربعين هذا وقت أخذ الزاد أذهانكم حاضرة ، وأعضاؤكم قوية شداد، يا أبناء الخمسين
قد دنا الأخذ والحصاد، يا أبناء الستين نسيتم العقاب وغفلتم عن رد الجواب فما لكم
من نصير.
“Selama matahari terbit dan terbenam, maka malaikat maut selalu
berseru: "Wahai orang-orang yang berumur empat puluh tahun, ini saatnya
bagi kalian untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, karena pikiran serta
kekuatanmu masih kuat. Wahai orang-orang yang telah berumur lima puluh tahun,
waktu menuai telah dekat. Wahai orang-orang yang berumur enam puluh tahun,
engkau telah lupa dengan siksaan dan tidak mengindahkan panggilan, maka tidak
seorang pun yang akan menjadi penolongmu.”
Yang biasa beribadah pada suatu ibadah di umur 40 an maka tetap di
catat oleh malaikat kalau sudah umur tua 60 tahun karena yang menghalangi
karena tuanya buka keinginannya
Begini Gambaran Saat Nyawa Dicabut Menurut Imam Ghazali
Siapakah yang ingin mengetahui besarnya penderitaan saat sakaratul
maut. Pedihnya tidak dapat diketahui dengan sebenarnya kecuali oleh orang yang
telah merasakannya. Kita pada saatnya nanti akan merasakan kepedihan itu.
Maka, saksikanlah bagaimana penuturan sang Hujjatul Islam Imam
Ghazali mengenai kala ajal menjelang dalam Ihya
Ulumiddin. Sang Imam menyebut sakaratul maut hanya akan
dialami makhluk yang memiliki ruh. Ruhlah yang sejatinya merasakan kepedihan
sakaratul maut.
Jika badan seseorang terimpa luka, bekas kepedihan fisik itu akan
menjalar sampai ke ruh. Jika ia terbakar, rasa sakit yang dialami badan akan
terasa jua oleh ruh.
Saat kepedihan pencabut nyawa menyerang ruh, rasanya akan
menenggelamkan semuanya. Ruhlah yang ditarik dari badan. Dicerabut dari tiap
urat badan, ditarik perlahan dari urat saraf, dari sendi-sendi, dari pokok
setiap rambut dan kulit dari ujung kepala hingga tapak kaki. Tergambar betapa
menyakitkannya.
Manusia pada hari itu benar-benar kepayahan. Seorang penyair pernah
berkata tentang sakaratul maut. "Sungguh kematian itu
lebih sakit daripada pukulan dengan pedang, gergajian dengan gergaji, dan
guntingan dengan gunting."
Sakit fisik hanya akan terasa jika ada ruh di dalamnya. Sebab, rasa
sakit pada fisik sejatinya dirasakan oleh ruh. Lalu, apa jadinya jika ruh itu
sendiri yang dicabut?
Sang Imam melanjutkan, akal manusia pada saat itu benar-benar kacau
balau. Lisan telah dibisukan, tak sanggup berkata apa-apa tanpa pertolongan
Allah SWT. Semua anggota badan telah dilemahkan. Tak ada upaya dan usaha
kecuali hanya dari Allah SWT. Persis seperti dzikir yang kita sebut setiap
saat.
Jika saja ia mampu berteriak, ia akan berteriak karena rasa
sakitnya. Namun, ia tidak sanggup. Jika tersisa kekuatan pada seseorang yang
dicabut nyawanya, tentu ia akan mengerahkan semua kekuatan untuk menahan rasa
sakit.
Kepedihan itu makin dalam menuju dua biji mata naik terus ke
pelupuk mata. Kedua bibir sudah mengerut seperti asalnya. Anak jemarinya
berubah menjadi kehijau-hijauan. Jika satu urat saja ditarik, sakitnya pun akan
luar biasa. Apalagi, ruh diangkat dari setiap inci urat tanpa kecuali.
Lalu, setiap anggota badan dari seluruh anggota badan mati secara
bertahap. Dinginlah kedua tapak kakinya, lalu ke betisnya, kemudian menjalar ke
pahanya. Dari setiap badan, ada anggota yang sekarat tahap demi tahap hingga
mencapai kerongkongannya.
Jika sudah seperti ini, terputuslah pandangannya pada dunia dan
ditutup baginya pintu taubat. Rasulullah SAW bersabda, "Diterima taubat
seorang hamba selama belum sekarat." (HR Tirmidzi).
Maka, lihatlah kesaksian Ummul Mukminin Aisyah RA yang menemani
Rasulullah SAW hingga saat-saat terakhirnya. Beliau berkata, "Tidaklah aku
iri hari kepada seseorang yang Allah memudahkan atas kematiannya sesudah yang
aku lihat dari kesulitan wafatnya Rasulullah SAW."
Duhai, betapa berat dan pedihnya sakaratul maut itu. Syaddad bin
Aus pernah berkata soal kematian. "Kematian adalah huru-hara yang paling
buruk di dunia. Ia lebih sakit dibanding digergaji dengan gergaji atau direbus
dalam periuk."
Maka, benarlah jika kematian yang tiba-tiba itu sejatinya sebuah
kenikmatan. Rasulullah SAW bersabda, "Kematian secara tiba-tiba adalah
kesenangan bagi orang mukmin dan penyesalan atas orang yang berbuat
maksiat." (HR Ahmad).
Tidak ada yang lebih baik dibandingkan menyambut kepedihan
sakaratul maut dengan terus tegap di atas iman. Kita tak pernah lagi tahu
kapankah sakaratul maut itu akan bertamu. Kepedihan apa yang akan menghadap.
Seorang mukmin sejati hakikatnya adalah mereka yang bahagia dengan
perjuampaan dengan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang
menyukai perjuampaan dengan Allah, niscaya Allah menyukai perjuampaan
dengannya, dan siapa saja yang tidak menyukai perjuampaan dengan Allah, niscaya
Allah tidak menyukai perjumpaan dengannya."
Lalu, para sahabat berkata, "Kami semua tidak menyukai
kematian." Beliau SAW bersabda, "Sesungguhnya orang mukmin jika
dilapangkan baginya sesuatu, niscaya ia akan menyukai perjumpaan dengan Allah
dan Allah akan menyukai perjumpaan dengannya." (HR Bukhari Muslim).
Tiap kita pun pantas terus berdoa agar detik-detik sakaratul maut
kita akan berakhir dengan husnulkhatimah. Sebuah cara yang paling indah untuk
memulai perjuampaan dengan Zat yang menciptakan kita dari tanah, lalu
memberikan amanah besar untuk mengurus dunia ini.
Mari kita renungkan sebuah hadis Rasul teladan yang disampaikan
oleh Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar As-Shiddiq, pernah
berkata:
أتيتُ
النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من
أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ
وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ
.
”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi Saw lalu salah seorang di
antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’
Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap
menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa
kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).
Jadi kuncinya orang itu disebut orang cerdas adalah orang yang
banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya.
Komentar
Posting Komentar