29. TAFSIR SURAT ALANKABUT


مَثَلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ ٱلْعَنكَبُوتِ ٱتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ ٱلْبُيُوتِ لَبَيْتُ ٱلْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Artinya: 41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

Perumpamaan orang-orang yang menjadikan berhala-berhala sebagai penolong selain Allah yang mereka harapkan pertolonggannya adalah seperti laba-laba yang membuat sarang bagi dirinya agar dapat menjaganya, namun sarang itu tidak memberikan manfaat sedikit pun ketika ia membutuhkan (perlindungan) nya. Demikian pula keadaan orang-orang musyrik, para penolong mereka yang mereka ada-adakan selain Allah itu tidak dapat memberikan bantuan sedikit pun. Dan sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba, seandainya mereka mengetahui hal itu, pasti mereka tidak menjadikannya sebagai penolong-penolong. Tuhan-tuhan itu tidak memberikan manfaat bagi mereka dan tidak dapat mendatangkan mudarat terhadap mereka.

Orang-orang musyrik seperti laba-laba karena tertipu oleh apa yang telah mereka siapkan; para sesembahan mereka seperti sarang laba-laba yang tidak dapat memberi perlindungan sedikitpun. Sebagaimana diketahui sarang laba-laba adalah sarang yang sangat lemah. Demikianlah orang yang menjadikan selain Allah sebagai sesembahan akan menjadi jauh dari petunjuk. Seandainya mereka mengetahui pada sesembahan mereka tidak dapat memberi manfaat, niscaya mereka tdiak akan menjadikannya sesembahan.

Rumah tersebut tidak menghalangi panas, dingin dan bahaya yang menimpa. Laba-laba tergolong hewan yang lemah, dan rumahnya adalah rumah yang paling lemah. Oleh karena itu, tidak ada yang mengambilnya sebagai rumah pelindung kecuali akan menambah kelemahan untuknya. Demikianlah berhala dan patung yang mereka jadikan sebagai pelindung, mereka tidak dapat memberikan manfaat kepada para penyembahnya; mereka lemah dari berbagai sisi, dan jika menjadikan mereka sebagai penguat, maka hanya menambah kelemahan belaka.

Orang yang RIYA juga nanti diminta untuk meminta pertolongan kepada orang yang di riyai pada hari kiamat, tapi yang di riyai tidak bisa berbuat apa-apa, lemah seperti rumah laba laba

 

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

 

وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Iman ada di dalam hati. Yang tau kita beriman adalah kita dan Allah Swt.

Dan kita semua kita mengaku beriman kepada Allah. Dan Allah kepingin iman itu cuma bukan hanya pengakuan saja. Dan Allah akan menguji kita sehingga kita mengetahui apakah kita ini beriman atau tidak. Kalau Allah itu sudah tau kita beriman atau kita.

Ujian itu antara lain adalah

1. Jihad fi sabillah, ada yang malas ketika datang panggilan Jihad.

2. Sakit. Ada yang keluh kesah ketika datang sakit.

3. Faqir. Hidup dalam keadaan tidak cukup.

Kita selalu mengucap amantu billah, maka Allah menguji dg kefaqiran. Dan bila lulus maka dia termasuk golongan yang di sabdakan Rasulullah

 

Hadits Bukhari Nomor 3002

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ زَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Salm bin Zarir] telah bercerita kepada kami [Abu Raja'] dari ['Imran bin Husain] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Aku mendatangi, surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah para faqir dan aku mendatangi neraka maka aku lihat kebanyakan penduduknya para wanita".

[Bukhari]

Jika tidak lulus maka ia termasuk sabda Rasulullah berikut ini

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im:

 كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”

Hadits tersebut setidaknya memiliki 3 makna sebagai berikut:

Pertama, orang-orang miskin harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinannya. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam masyarakat, bisa saja terjadi seorang suami yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Bisa pula terjadi, seorang ibu yang miskin karena tekanan ekonomi menjual diri demi menghidupi anak-anaknya. Demikian pula seorang pemuda yang miskin, bisa saja nekat melakukan pencurian karena didorong keinginannya untuk meniru gaya hidup teman-temannya yang anak orang kaya.

Ada banyak orang miskin yang karena ketidakberdayaannya secara ekonomi tidak pernah mengenal Tuhan. Mereka tidak pernah pergi ke masjid untuk shalat sebagaimana mereka tidak pernah berpuasa. Banyak orang seperti ini akhirnya berpindah ke agama lain karena adanya bantuan-bantuan ekonomi yang mampu menyejahterakan hidupnya.

Mengingat beratnya godaan-godaan yang dialami orang-orang miskin, maka mereka harus pandai-pandai membentengi keimanannya dengan sabar dan syukur. Dengan sikap seperti ini orang-orang miskin akan bisa tangguh menghadapi godaan-godaan yang bisa menggoyahkan imannya.

Jika untuk mencapai sabar dan syukur mereka tak mampu, maka mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali harus bekerja keras mengatasi kemiskinannya. Mereka harus berjuang keras untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya. Dengan kata lain, orang-orang miskin yang tak bisa sabar dan syukur harus berusaha menjadi orang yang berkecukupan guna melindungi imannya dari rongrongan-rongrongan yang bisa membuatnya kufur, dan bahkan bisa memurtadkannya.

Namun bagi orang-orang miskin yang memang bisa sabar dan syukur, mereka boleh memilih hidup miskin atau sederhana dengan tetap melaksanakan kewajiban-kewajibannya, seperti mencukupi kebutuhan dasar keluarga yang terdiri dari kebutuhan akan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Mereka harus tetap bisa hidup mandiri tanpa menggatungkan atau menjadi beban bagi orang lain. Mereka tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada orang lain dengan meminta-minta.

وفي سنن أبي داود عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول: اللهم إني أعوذ بك من الفقر والقلة والذلة وأعوذ بك من أن أظْلِمَ أو أظْلَمَ.

Rasulullah berlindung dari ke faqiran yang tidak lulus di uji oleh Allah Swt.

Bagaimana supaya orang yang di uji dengan kefaqiran lulus dg ujiannnya maka  ada 6 hal

1. Ridho dg kefakiran. الرضاء بالفقر

Aku setuju dan senang  dijadikan faqir oleh Allah..tidak protes kepada Allah

وقال : صلى الله عليه وسلم : يا معشر الفقراء ، أعطوا الله الرضا من قلوبكم تظفروا بثواب فقركم وإلا

Berilah ridho dari hatimu akan kefakiran maka kamu akan mendapatkan pahala

Menyikapi ini orang faqir terbagi menjadi 3 :

1. Ridho terhadap Allah dan kefakiran maka ini berbahaya

2. Ridho terhadap Allah tapi benci kepada kefakiran. Ini masih selamat. Seperti orang yang benci di operasi perutnya tapi Ridho dan terima kasih kepada dokter.

3. Tidak Ridho kepada Allah dg memprotes allah dan kepada kefakiran maka ini berdosa. Dan ini ya kadalfaqru anyakuna kufro

 

Maka jangan minta kaya. Khawatir tidak ridho kepada Allah

اعلم أن للفقير آدابا في باطنه وظاهره ومخالطته وأفعاله ينبغي أن يراعيها :

 

فأما أدب باطنه : فأن لا يكون فيه كراهية لما ابتلاه الله - تعالى - به من الفقر ، أعني أنه لا يكون كارها فعل الله - تعالى - من حيث أنه فعله وإن كان كارها للفقر .

[ ص: 295 ] وأما أدب ظاهره : فأن يظهر التعفف والتجمل ولا يظهر الشكوى والفقر بل يستر فقره ، ففي الحديث : " إن الله - تعالى - يحب الفقير المتعفف أبا العيال " وقال - تعالى - : ( يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف ) [ البقرة : 273 ] .

وأما في أعماله : فأدبه أن لا يتواضع لغني لأجل غناه ، قال علي -كرم الله وجهه - : "ما أحسن تواضع الغني للفقير رغبة في ثواب الله - تعالى - وأحسن منه تيه الفقير على الغني ثقة بالله عز وجل " فهذه رتبة ، وأقل منها أن لا يخالط الأغنياء ولا يرغب في مجالستهم ؛ لأن ذلك من مبادئ الطمع ، وينبغي أن لا يسكت عن ذكر الحق مداهنة للأغنياء وطمعا في العطاء .

وأما أدبه في أفعاله : فأن لا يفتر بسبب الفقر عن عبادة ، ولا يمنع بذل قليل ما يفضل عنه فإن ذلك جهد المقل ، وفضله أكثر من أموال كثيرة تبذل عن ظهر غنى

قال - صلى الله عليه وسلم - : " من أتاه شيء من هذا المال من غير مسألة ولا استشراف فإنما هو رزق ساقه الله إليه [ ص: 296 ] فلا يرده "

menjawab; "Saya sudah punya kuda sekian banyak, demikian pula budak ada beberapa, dan aku dalam keadaan baik (mapan secara ekonomi), maka aku niati kerjaku ini sebagai sedekah (amal cuma-cuma) untuk kaum muslimin." Umar spontan mengatakan: 'jangan kau lakukan, saya sebenarnya juga ingin seperti kehendakmu, namun Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam juga memberiku pemberian, tetapi saya katakan; 'Coba berikan saja pemberian itu kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku! ' Kemudian hari, Nabi juga memberi pemberian yang sama kemudian aku katakan; 'Tolong berikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku! ' Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Ambil saja, kembangkan harta ini, dan jadikanlah untuk bersedekah, harta ini yang datang kepadamu dengan cara yang tidak berlebihan dan engkau sendiri tidak meminta, maka ambil saja, dan terhadap harta, janganlah nafsumu kau perturutkan terhadapnya!" Dan dari [Az Zuhri] berkata; telah menceritakan kepadaku [Salim bin Abdullah] bahwa [Abdullah bin Umar] berkata; saya telah mendengar [Umar bin Khattab] berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan suatu pemberian kepadaku, lalu saya berkata; Berikan kepada orang yang lebih fakir daripadaku, sehingga pada suatu saat beliau memberi lagi dan saya jawab sebagaimana sebelumnya. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ambillah! kembangkan harta ini, dan jadikanlah untuk bersedekah, harta ini yang datang kepadamu dengan cara yang tidak berlebihan dan engkau sendiri tidak meminta, maka ambil saja, dan terhadap harta, janganlah nafsumu kau perturutkan terhadapnya!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir 30 Juz

Tafsir Surat Thaha