51. TAFSIR SURAT ADZ DZAARIYAAT
Surat Adz-Dzariyat adalah surat ke-51 dalam Al-Qur’an, terdiri dari
60 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Nama
"Adz-Dzariyat" berasal dari kata pada ayat pertama, yang berarti
"angin yang menerbangkan" atau "angin yang menghamburkan."
Berikut ini adalah ringkasan tafsir dari surat Adz-Dzariyat:
Ayat 1-6: Sumpah Allah dan Kepastian Hari Kiamat
Allah SWT memulai surat ini dengan bersumpah demi beberapa
ciptaan-Nya, yaitu angin yang menerbangkan debu, awan yang membawa beban air
hujan, kapal yang berlayar dengan mudah di lautan, dan para malaikat yang
mengatur urusan dunia. Sumpah ini menguatkan pesan tentang ketetapan dan
kepastian Hari Kiamat yang dijanjikan, bahwa apa yang dijanjikan oleh Allah
pasti akan terjadi.
Ayat 7-23: Bukti Kebesaran Allah dalam Alam Semesta dan Peringatan
Allah SWT mengajak manusia untuk merenungi tanda-tanda
kebesaran-Nya dalam penciptaan langit yang indah, bumi yang luas, dan diri
manusia sendiri. Ayat-ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah dalam mengatur
segala sesuatu di alam semesta dan betapa terpeliharanya ciptaan-Nya. Allah
juga mengingatkan bahwa Dia Maha Pemberi rezeki dan pengatur segala sesuatu,
sehingga manusia tidak perlu merasa khawatir.
Allah mengingatkan manusia agar tidak mengingkari nikmat-Nya dan
mematuhi perintah-Nya, serta bersiap menghadapi hari perhitungan, di mana
setiap amal akan dipertanggungjawabkan.
Ayat 24-37: Kisah Nabi Ibrahim dan Kaumnya
Dalam ayat-ayat ini, Allah menceritakan kisah Nabi Ibrahim saat
dikunjungi oleh malaikat dalam bentuk tamu yang tidak dikenal. Para tamu ini
datang untuk memberikan kabar gembira tentang kelahiran seorang putra (Ishaq)
dan cucu (Ya’qub). Setelah memberikan kabar gembira, para malaikat juga
memberitahukan tentang kehancuran kaum Nabi Luth yang durhaka.
Kisah ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba yang
beriman dan ketaatan mereka, serta peringatan keras bagi mereka yang melanggar
perintah-Nya.
Ayat 38-46: Kisah Kaum Durhaka dan Hukuman Allah
Ayat-ayat ini menceritakan beberapa kaum yang dihancurkan karena
kedurhakaan mereka terhadap perintah Allah, seperti kaum Fir'aun, kaum 'Ad,
kaum Tsamud, dan kaum Nabi Nuh. Semua kaum tersebut dibinasakan sebagai akibat
dari penolakan mereka terhadap para rasul dan keengganan mereka untuk tunduk
kepada Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa siapa pun yang menentang petunjuk Allah
dan melampaui batas, maka dia akan menghadapi akibat buruk. Kisah-kisah ini
bertujuan untuk memperingatkan umat manusia agar tidak mengikuti jalan yang
sama seperti kaum yang dimurkai Allah.
Ayat 47-51: Kekuasaan Allah dalam Menciptakan Alam Semesta
Allah mengingatkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit yang luas
dan memperluasnya, dan Dia juga menciptakan bumi serta segala isinya. Allah SWT
menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta diciptakan dengan tujuan yang
pasti, yaitu agar manusia dapat mengenal dan menyembah-Nya.
Ayat ini memperingatkan manusia agar tidak menolak petunjuk Allah,
karena hanya Dia yang berhak disembah. Allah meminta agar manusia tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesembahan lain.
Ayat 52-60: Tugas Rasul untuk Memberi Peringatan dan Seruan untuk
Mengingat Allah
Pada bagian akhir surat ini, Allah menyampaikan bahwa semua rasul
yang diutus telah mendapatkan perlawanan dan ejekan dari kaumnya, namun mereka
tetap melaksanakan tugas menyampaikan risalah. Hal ini menjadi penghiburan bagi
Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bukanlah satu-satunya yang menghadapi
penentangan dalam menyampaikan dakwah.
Allah mengingatkan manusia bahwa tugas Rasulullah adalah
menyampaikan kebenaran, dan manusia bebas memilih untuk menerima atau
menolaknya. Allah menegaskan bahwa Dia tidak membutuhkan ibadah manusia, tetapi
manusia yang membutuhkan Allah dalam kehidupan mereka.
Kesimpulan Tafsir
Surat Adz-Dzariyat berisi pesan tauhid, peringatan tentang adanya
hari kiamat, kisah umat-umat terdahulu sebagai pelajaran, dan ajakan untuk
merenungi kekuasaan Allah dalam penciptaan alam semesta. Manusia diingatkan
untuk bersikap taat, memelihara keimanan, dan menjauhkan diri dari perbuatan
durhaka.
Pesan utama dari surat ini adalah bahwa Allah Maha Kuasa dan segala
sesuatu berada di bawah kendali-Nya. Oleh karena itu, manusia diingatkan untuk
berserah diri kepada Allah, beribadah dengan ikhlas, dan menjauhi kemusyrikan
agar mendapatkan rahmat dan keberkahan-Nya.
Keutamaan Qiyamul Lail menurut Habib Alawi Al-Maliki
Qiyamul lail adalah ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Secara harfiah, qiyamul lail berarti "bangun di malam hari". Dalam
konteks ibadah, qiyamul lail berarti shalat malam, seperti shalat tahajud,
salat tarawih, dan salat witir. Keutamaan qiyamul lail sangat banyak, baik
untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Biasanya, melaksanakan qiyamul lail dimulai dari selesai salat
isya’ sampai fajar terbit. Akan tetapi waktu yang paling utama untuk melakukan
qiyamul lail adalah sepertiga terakhir di malam hari. Mereka yang
melaksanakan qiyamul lail akan memperoleh suatu fadilah dan keutamaan atas apa
yang ia lakukan.
Abwabul Al-Faraj, salah satu kitab karangan Sayyid Muhammad bin
Alawi Al-Maliki Al-Hasani, dalam salah satu bab, tepatnya hal 310, juga
membahas seputar fadilah dan keutamaan yang akan diperoleh saat melaksanakan
qiyamul lail. Di antara adalah;
Pertama, orang yang konsisten melaksanakan qiyamul lail maka
dirinya akan dimasukkan kedalam surga tanpa adanya hisab. Berdasarkan Hadis
dari Asma’ binti Yazid Rasulullah bersabda
وعن اسماء بنت يزيد عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال يحشر الناس
في صعيد واحد يوم القيامة فينادى مناد فيقول اين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن
المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب ثم يؤمر سائر الناس الى الحساب-
رواه البيهقي
“Dari Asma’ binti Yazid, Rasulullah SAW bersabda, pada hari kiamat
manusia akan dikumpulkan dalam satu tempat. Lalu mereka akan mendapatkan
panggilan: 'di mana orang-orang yang mengangkat lambung mereka dari tempat
tidurnya untuk melaksanakan qiyamul lail?' Mereka yang melakukan qiyamul lail
hanya sedikit. Kemudian mereka diperintahkan untuk masuk ke surga tanpa
dihisab” HR. Al-Baihaqi
Kedua, melaksanakan qiyamul lail merupakan salah satu wasilah
kedekatan terhadap tuhan dan sebagai penghapus terhadap setiap kesalahan yang
dilakukan. Sebagaimana Hadis Abi Umamah
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ
دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَقُرْبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ،
وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ
“Rasulullah SAW bersabda, hendaklah kalian melakukan qiyamul lail.
Karena hal itu merupakan kebiasaan para orang shalih sebelum kalian. Qiyamul
lail dijadikan sebagai bentuk pendekatan hamba kepada Tuhannya dan sebagai
pencegah dari perbuatan dosa.”
Perlu kiranya untuk diperhatikan bahwa setiap kesalahan yang
diperbuat tidak serta merta bisa terhapuskan dengan melaksanakan qiyamul lail.
Kesalahan di sini bisa dibilang terhapus ketika berhubungan dengan tuhan, tapi
tidak dengan sesama manusia. Artinya, kesalahan yang diperbuat saat ada
kaitannya dengan hak seseorang, maka bisa terhapuskan ketika sudah meminta maaf
kepada orang yang dibuat salah.
Ketiga, orang yang konsisten melaksanakan qiyamul lail maka akan
masuk surga dengan tenang dan damai. Sebagaimana Hadis yang disampaikan oleh
Abdullah bin Salam, Rasulullah bersabda
عن عبد الله بن سلام قال: أول ما قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم
المدينة انجفل الناس إليه، فكنت فيمن جاءه، فلما تأملت وجهه واستثبته علمت أن وجهه
ليس بوجه كذاب. قال: وكان أول ما سمعت من كلامه أن قال: أيها الناس أفشوا السلام
وأطعموا الطعام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
“Ketika Rasulullah tiba di Madinah, orang orang ramai mengerumuni
beliau. Aku pun datang kepada beliau. Aku merenungkan wajah Rasulullah, tampak
jelas bagiku bahwa wajahnya bukanlah wajah seorang pendusta. Dan hal pertama
yang aku dengar dari ucapannya, wahai manusia tebarkanlah salam, berikanlah
makanan dan shalatlah ketika orang lain sedang tidur. Niscaya kalian akan masuk
surga dengan damai”
Keempat, orang yang melaksanakan qiyamul lail akan mendapatkan
kehormatan di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan Hadis Sahal bin Said,
Rasulullah bersabda
عَن سهل بن سعد قَالَ جَاءَ جِبْرِيل إِلَى النَّبِي صلى الله
عَلَيْهِ وَسلم فَقَالَ: يَا مُحَمَّد عش مَا شِئْت فَإنَّك ميت واعمل مَا شِئْت
فَإنَّك مجزى بِهِ واحبب من شِئْت فَإنَّك مفارقه وَاعْلَم أَن شرف الْمُؤمن قيام
اللَّيْل وعزه استغناؤه عَن النَّاس
“Jibril datang menemui Rasulullah dan berkata, wahai Muhammad,
hiduplah sesukamu karena sungguh engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu karena
sungguh kamu akan mendapat balasan dari apa yang kamu perbuat. Dan cintailah
sesukamu karena pasti engkau akan berpisah. Ketahuilah bahwa kehormatan seorang
mukmin adalah mereka yang melakukan qiyamul lail dan tidak bergantung hanya
kepada orang lain”
Kelima, orang yang melakukan qiyamul lail tidak akan pernah kecewa.
Setiap harapan dan hajat yang diinginkan akan dikabulkan oleh Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم
-: ما خيب الله امرءاً قام في جوف الليل، فافتتح سورة البقرة وآل عمران
“Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda, Allah tidak akan
membuat orang merasa rugi selama ia mau bangun di tengah malam lalu membaca
surat Al-Baqarah dan Ali Imran ”
Keenam, orang yang melaksanakan qiyamul lail akan memperoleh suatu
kenikmatan yang didapat berupa kedekatan dengan tuhannya. Rasulullah bersabda
وروى التِّرْمِذِيّ عن عمرو بن عسبه
أنه سمع النبي صلى الله عَلَيْهِ وسلم قَالَ: أقرب مَا يكون الرب من العَبْد فِي
جَوف اللَّيْل الآخر، فَإِن اسْتَطَعْت أَن تكون مِمَّن يذكر فِي تِلْكَ السَّاعَة
فَكُن
“Keadaan yang paling dekat untuk hamba dan Tuhannya adalah pada
malam yang terakhir. Jika mereka sanggup mengingat Allah pada saat itu, maka
lakukanlah”
Demikian penjelasan tentang keutamaan yang akan diperoleh umat
Islam yang istiqomah melaksanakan qiyamul lail. Wallahu a‘lam.
5 TANDA ORANG YANG TAQWA
Berikut ini adalah tafsir dari Surat Adz-Dzariyat ayat 15-19:
Ayat 15-16
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ
رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam
taman-taman surga dan mata air, sambil menerima apa yang diberikan kepada
mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat baik."
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa (الْمُتَّقِينَ) akan mendapatkan balasan berupa surga dan
segala kenikmatan di dalamnya, termasuk taman dan mata air. Mereka akan
menerima segala pemberian yang Allah berikan sebagai balasan atas amal baik
mereka di dunia. Orang-orang ini, selama hidupnya, telah mengisi kehidupan
mereka dengan kebaikan, yaitu selalu berusaha taat kepada Allah, menjauhi
larangan-Nya, serta berbuat ihsan (kebaikan) dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Ayat 17
كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
"Di dunia mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam."
Ayat ini menjelaskan kebiasaan orang-orang bertakwa yang senantiasa
bangun di waktu malam untuk beribadah kepada Allah. Mereka tidak banyak tidur
di malam hari, melainkan mengisinya dengan shalat tahajud dan dzikir, memohon
ampunan dan keberkahan dari Allah. Ayat ini menekankan bahwa kebiasaan bangun
di malam hari adalah ciri dari hamba Allah yang bertakwa dan selalu mendekatkan
diri kepada-Nya.
Ayat 18
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan pada waktu sahur, mereka memohon ampun kepada
Allah."
Selain bangun di malam hari, orang-orang bertakwa juga memperbanyak
istighfar (memohon ampun) pada waktu sahur, yaitu menjelang fajar. Waktu sahur
merupakan waktu yang penuh keberkahan dan rahmat. Memohon ampun di waktu ini
menunjukkan ketulusan dan kesungguhan mereka dalam meminta pengampunan dari
Allah atas segala dosa dan kesalahan, sekaligus sebagai bentuk kerendahan hati
di hadapan-Nya.
Ayat 19
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
"Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian."
Ayat ini menggambarkan sifat kedermawanan orang-orang bertakwa.
Mereka selalu mengeluarkan sebagian dari harta mereka untuk diberikan kepada
orang-orang yang membutuhkan, baik orang miskin yang meminta secara langsung (السَّائِلِ) maupun orang miskin yang tidak berani
meminta (المَحْرُومِ). Sifat ini
menunjukkan kepedulian mereka terhadap sesama dan keinginan mereka untuk
membantu orang yang berada dalam kesulitan. Mereka menyadari bahwa dalam harta
yang Allah berikan terdapat hak orang lain, sehingga mereka senantiasa
bersedekah dan memberikan zakat.
Kesimpulan Tafsir Ayat 15-19
Ayat-ayat ini menunjukkan karakter orang-orang bertakwa yang akan
mendapatkan ganjaran berupa surga. Mereka memiliki ciri-ciri utama:
1. Selalu berbuat ihsan (kebaikan) di dunia.
2. Bangun di malam hari untuk shalat tahajud.
3. Memperbanyak istighfar di waktu sahur.
4. Peduli kepada kaum dhuafa dan membagikan sebagian hartanya
kepada mereka.
Ayat ini mengajak umat Islam untuk mencontoh sifat-sifat
orang-orang bertakwa tersebut, terutama dalam meningkatkan ibadah, bersedekah,
dan menjaga hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Orang-orang muhsinīn (محسنين)
adalah mereka yang berbuat ihsan atau kebaikan dengan tulus dan sempurna. Dalam
Islam, ihsan memiliki makna yang mendalam, yaitu melakukan amal ibadah dan
kebaikan dengan sepenuh hati, seakan-akan kita melihat Allah, atau setidaknya
menyadari bahwa Allah selalu melihat kita. Ihsan meliputi tidak hanya tindakan
baik terhadap Allah dalam bentuk ibadah, tetapi juga kebaikan terhadap sesama
makhluk dan lingkungan.
Definisi Ihsan dan Sifat Orang Muhsinīn
Ihsan berasal dari kata kerja "حسن"
(hasuna) yang berarti baik atau indah. Dalam konteks Islam, ihsan berarti:
1. Menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, atau setidaknya
menyadari bahwa Allah selalu mengawasi kita.
2. Melakukan amal dengan ikhlas dan kualitas yang terbaik, baik itu
dalam ibadah kepada Allah maupun dalam interaksi dengan sesama makhluk.
Dalil dari Al-Qur'an tentang Muhsinīn dan Ihsan
1. Surah Al-Baqarah (2:195):
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat kebaikan (muhsinīn).”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat
ihsan. Para muhsinīn adalah mereka yang beramal bukan hanya karena kewajiban,
tetapi dengan rasa cinta dan ketulusan.
2. Surah An-Nahl (16:90):
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
ihsan (kebaikan), memberi kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran."
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar umat Islam berlaku adil
dan berbuat baik, menunjukkan bahwa ihsan adalah sesuatu yang dianjurkan bagi
umat Islam.
3. Surah Ali Imran (3:134):
"(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan."
Ayat ini menunjukkan bahwa sifat ihsan mencakup sifat pemaaf,
sabar, dan suka berbagi, bahkan dalam keadaan sulit.
Hadits tentang Ihsan
1. Hadits Jibril tentang Ihsan:
Dalam hadits Jibril yang terkenal, Rasulullah ﷺ menjelaskan definisi ihsan ketika ditanya oleh Jibril:
"Ihsan adalah bahwa kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya,
dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (Hadits
Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa ihsan adalah tingkat keimanan
tertinggi di mana seorang muslim merasa terus-menerus berada dalam pengawasan
Allah, sehingga mendorongnya untuk berbuat baik dengan ikhlas dan kesungguhan.
2. Hadits tentang Bersedekah secara Sembunyi-sembunyi:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tangan kanan yang bersedekah (dengan ikhlas) sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menggambarkan bentuk ihsan dalam bersedekah, di mana
seseorang memberi sedekah dengan tulus dan ikhlas, tanpa memperlihatkan atau
mengharapkan pujian dari orang lain.
Contoh Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Ibadah dengan Ikhlas:
Melaksanakan shalat, puasa, dan ibadah lainnya dengan sepenuh hati,
merasa bahwa Allah selalu melihat kita.
2. Berbuat Baik kepada Sesama:
Menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan, seperti membantu
tetangga yang kesulitan, menyedekahkan harta kepada yang membutuhkan, dan
memaafkan kesalahan orang lain.
3. Menahan Amarah dan Sabar:
Seseorang yang berusaha menahan amarah saat diprovokasi dan memilih
untuk bersabar. Contoh ini sesuai dengan ayat dalam Surah Ali Imran (3:134) di
atas.
Kesimpulan
Orang yang berbuat ihsan (muhsinīn) adalah mereka yang mengerjakan
amal perbuatan dengan kualitas terbaik, baik dalam ibadah kepada Allah maupun
dalam interaksi dengan sesama. Mereka berbuat baik dengan ikhlas, sabar, dan
kasih sayang, menyadari bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Ihsan adalah
tingkatan keimanan yang sangat tinggi, yang membawa keberkahan dan kebaikan
bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang-orang muhsinīn (محسنين)
adalah mereka yang berbuat ihsan atau kebaikan dengan tulus dan sempurna. Dalam
Islam, ihsan memiliki makna yang mendalam, yaitu melakukan amal ibadah dan
kebaikan dengan sepenuh hati, seakan-akan kita melihat Allah, atau setidaknya
menyadari bahwa Allah selalu melihat kita. Ihsan meliputi tidak hanya tindakan
baik terhadap Allah dalam bentuk ibadah, tetapi juga kebaikan terhadap sesama
makhluk dan lingkungan.
Definisi Ihsan dan Sifat Orang Muhsinīn
Ihsan berasal dari kata kerja "حسن"
(hasuna) yang berarti baik atau indah. Dalam konteks Islam, ihsan berarti:
1. Menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, atau setidaknya
menyadari bahwa Allah selalu mengawasi kita.
2. Melakukan amal dengan ikhlas dan kualitas yang terbaik, baik itu
dalam ibadah kepada Allah maupun dalam interaksi dengan sesama makhluk.
Dalil dari Al-Qur'an tentang Muhsinīn dan Ihsan
1. Surah Al-Baqarah (2:195):
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat kebaikan (muhsinīn).”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat
ihsan. Para muhsinīn adalah mereka yang beramal bukan hanya karena kewajiban,
tetapi dengan rasa cinta dan ketulusan.
2. Surah An-Nahl (16:90):
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
ihsan (kebaikan), memberi kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran."
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar umat Islam berlaku adil
dan berbuat baik, menunjukkan bahwa ihsan adalah sesuatu yang dianjurkan bagi
umat Islam.
3. Surah Ali Imran (3:134):
"(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan."
Ayat ini menunjukkan bahwa sifat ihsan mencakup sifat pemaaf,
sabar, dan suka berbagi, bahkan dalam keadaan sulit.
Hadits tentang Ihsan
1. Hadits Jibril tentang Ihsan:
Dalam hadits Jibril yang terkenal, Rasulullah ﷺ menjelaskan definisi ihsan ketika ditanya oleh Jibril:
"Ihsan adalah bahwa kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu." (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa ihsan adalah tingkat keimanan
tertinggi di mana seorang muslim merasa terus-menerus berada dalam pengawasan
Allah, sehingga mendorongnya untuk berbuat baik dengan ikhlas dan kesungguhan.
2. Hadits tentang Bersedekah secara Sembunyi-sembunyi:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tangan kanan yang bersedekah (dengan ikhlas) sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menggambarkan bentuk ihsan dalam bersedekah, di mana
seseorang memberi sedekah dengan tulus dan ikhlas, tanpa memperlihatkan atau
mengharapkan pujian dari orang lain.
Contoh Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Ibadah dengan Ikhlas:
Melaksanakan shalat, puasa, dan ibadah lainnya dengan sepenuh hati,
merasa bahwa Allah selalu melihat kita.
2. Berbuat Baik kepada Sesama:
Menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan, seperti membantu
tetangga yang kesulitan, menyedekahkan harta kepada yang membutuhkan, dan
memaafkan kesalahan orang lain.
3. Menahan Amarah dan Sabar:
Seseorang yang berusaha menahan amarah saat diprovokasi dan memilih
untuk bersabar. Contoh ini sesuai dengan ayat dalam Surah Ali Imran (3:134) di
atas.
Kesimpulan
Orang yang berbuat ihsan (muhsinīn) adalah mereka yang mengerjakan
amal perbuatan dengan kualitas terbaik, baik dalam ibadah kepada Allah maupun
dalam interaksi dengan sesama. Mereka berbuat baik dengan ikhlas, sabar, dan
kasih sayang, menyadari bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Ihsan adalah
tingkatan keimanan yang sangat tinggi, yang membawa keberkahan dan kebaikan
bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.
Berikut ini teks Arab dari ayat-ayat dan hadits-hadits yang telah
disebutkan:
Ayat-ayat Al-Qur'an
1. Surah Al-Baqarah (2:195):
> وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِينَ
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat kebaikan."
2. Surah An-Nahl (16:90):
> إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
ihsan (kebaikan), memberi kepada kerabat, dan Dia melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran."
3. Surah Ali Imran (3:134):
> الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan."
Hadits-hadits
1. Hadits Jibril tentang Ihsan:
> "الإحْسَانُ أنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
كَأنَّكَ تَرَاهُ، فإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فإنَّهُ يَرَاكَ"
"Ihsan adalah bahwa kamu beribadah kepada Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Hadits tentang Bersedekah secara Sembunyi-sembunyi:
> "مَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ"
"Tangan kanan yang bersedekah (dengan ikhlas) sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Teks Hadits dengan Harakat
وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يُحْشَرُ النَّاسُ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، فَيُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ الَّذِينَ كَانَتْ تَتَجَافَى
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ؟ فَيَقُومُونَ وَهُمْ قَلِيلٌ فَيَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، ثُمَّ يُؤْمَرُ سَائِرُ النَّاسِ إِلَى الْحِسَابِ
(رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ)
Terjemahan Hadits
Dari Asma’ binti Yazid, dari Rasulullah ﷺ,
beliau bersabda: "Manusia akan dikumpulkan di satu tempat (padang mahsyar)
pada hari kiamat. Lalu ada seorang penyeru yang berseru, 'Di manakah
orang-orang yang dahulu menjauhkan sisi-sisi tubuh mereka dari tempat tidur?'
Maka mereka pun berdiri, dan jumlah mereka sedikit. Mereka akan masuk surga
tanpa hisab (perhitungan). Kemudian seluruh manusia diperintahkan untuk menuju
perhitungan (hisab)."
(HR. Al-Baihaqi)
Penjelasan Hadits
Hadits ini mengandung pesan tentang keutamaan orang-orang yang
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah, terutama pada waktu malam,
dengan meninggalkan tempat tidur mereka untuk melaksanakan ibadah malam seperti
shalat tahajud.
"تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ": Bagian ini berarti "menjauhkan sisi-sisi tubuh
mereka dari tempat tidur." Ini merujuk kepada orang-orang yang rela bangun
di malam hari untuk beribadah, meskipun mereka bisa beristirahat.
"يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
حِسَابٍ": Mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan). Ini
menunjukkan betapa besarnya keutamaan mereka, sehingga mereka tidak akan
dihisab atas amalan-amalan mereka.
"ثُمَّ يُؤْمَرُ سَائِرُ النَّاسِ
إِلَى الْحِسَابِ": Kemudian seluruh manusia lainnya diperintahkan menuju
perhitungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka yang tidak termasuk kelompok
ini masih akan diperiksa amalan-amalan mereka.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Hadits ini mendorong kita untuk memperbanyak ibadah, terutama
ibadah malam seperti shalat tahajud, yang menunjukkan ketundukan dan
pengorbanan untuk meraih keridhaan Allah. Dengan bersungguh-sungguh dalam
ibadah, terutama di saat-saat orang lain terlelap tidur, seseorang bisa meraih
keutamaan besar dan mungkin mendapatkan keringanan pada hari kiamat.
Hadits ini juga mengingatkan bahwa keberhasilan bukan hanya diukur
dari kuantitas amalan, tetapi dari keikhlasan dan pengorbanan yang dilakukan.
Ayat "وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ
يَسْتَغْفِرُونَ" yang terdapat dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 18, artinya:
"Dan pada waktu-waktu sahur, mereka memohon ampun kepada
Allah."
Ayat ini menggambarkan sifat dan kebiasaan orang-orang yang
bertakwa. Mereka senantiasa memperbanyak istighfar atau memohon ampunan Allah,
terutama pada waktu sahur, yaitu waktu menjelang fajar, ketika suasana tenang
dan hening. Pada waktu ini, beristighfar memiliki keutamaan tersendiri karena
Allah sangat memuliakan waktu sahur sebagai waktu yang penuh keberkahan dan
ampunan.
Hadits yang Berkaitan dengan Ayat Ini
Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memohon
ampun pada waktu sahur, di antaranya:
1. Hadits tentang Keutamaan Ibadah Malam:
Rasulullah ﷺ bersabda:
> "يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ
وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ
اللَّيْلِ الآخِرِ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ
يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ"
"Rabb kita tabaraka wa ta'ala turun ke langit dunia setiap
malam ketika sepertiga malam terakhir tersisa, lalu Dia berfirman, 'Siapa yang
berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku
beri. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, akan Aku ampuni.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah memberikan perhatian khusus
kepada hamba-hamba-Nya yang beribadah, berdoa, dan memohon ampunan pada waktu
sahur. Allah turun ke langit dunia pada waktu tersebut untuk memberikan
kesempatan kepada hamba-hamba-Nya agar dosa-dosa mereka diampuni dan permintaan
mereka dikabulkan.
2. Hadits tentang Orang-orang yang Selalu Beristighfar:
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
> "طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي
صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا"
"Beruntunglah orang yang mendapati dalam catatan amalnya
banyak istighfar."
(HR. Ibnu Majah)
Ini menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar, khususnya pada
waktu-waktu mustajab seperti sahur, adalah jalan menuju keberuntungan dan
kebaikan di dunia maupun akhirat.
Penjelasan dan Hikmah
Ayat dan hadits ini menekankan pentingnya waktu sahur sebagai
kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui istighfar dan ibadah
malam. Memohon ampun pada waktu tersebut menunjukkan bahwa seorang hamba:
Mengakui kelemahan dan dosa-dosanya di hadapan Allah.
Mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya dengan penuh ketulusan.
Menunjukkan kesungguhan dalam beribadah, karena ia rela
meninggalkan tidur untuk memohon ampun pada waktu yang penuh berkah.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai seorang Muslim, kita bisa memanfaatkan waktu sahur tidak
hanya untuk makan ketika berpuasa, tetapi juga untuk memperbanyak istighfar dan
doa. Membiasakan diri bangun pada waktu sahur, melaksanakan shalat malam, dan
memohon ampun dapat mendekatkan kita kepada Allah dan mendapatkan keutamaan
yang disebutkan dalam ayat dan hadits tersebut.
Komentar
Posting Komentar