40. TAFSIR SURAT GHAAFIR

 Surat Ghaafir adalah surat ke-40 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 85 ayat. Surat ini termasuk dalam kelompok surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama “Ghaafir” berasal dari salah satu nama Allah yang disebutkan dalam ayat ketiga surat ini, yaitu Ghaafir al-dzamb (Yang Maha Pengampun dosa).

Tema Utama Surat Ghaafir

Surat Ghaafir mengandung banyak tema penting, di antaranya adalah:

1.    Kekuasaan dan Keadilan Allah
Surat ini menekankan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh alam semesta. Allah adalah yang Maha Pengampun namun juga Maha Pembalas. Di awal surat, Allah memperkenalkan diri-Nya dengan nama-nama seperti Ghaafir al-dzamb (Yang Mengampuni Dosa), Qabil al-tawb (Yang Menerima Taubat), Syadiid al-'iqab (Yang Berat Siksanya), dan Dhii al-thaul (Yang Mempunyai Karunia). Ini menunjukkan keseimbangan antara kasih sayang dan hukuman-Nya.

2.    Sikap Kaum Kafir terhadap Risalah
Surat ini menyoroti reaksi keras dan permusuhan orang-orang kafir terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW. Orang-orang kafir dalam berbagai zaman selalu menentang para nabi, meskipun tanda-tanda kebesaran Allah sudah sangat jelas. Mereka sering meminta bukti dan keajaiban, namun ketika diberikan bukti, mereka tetap ingkar.

3.    Kisah Nabi Musa dan Fir’aun
Seperti dalam banyak surat lainnya, surat Ghaafir juga menyebutkan kisah Nabi Musa AS dan Fir’aun sebagai peringatan bagi orang-orang yang menentang ajaran para nabi. Dikisahkan bagaimana Fir’aun dan kaumnya menolak kebenaran meskipun sudah diberikan bukti-bukti nyata oleh Musa. Namun, akibat kesombongan dan kedegilan mereka, akhirnya mereka binasa.

4.    Keutamaan Istighfar dan Pengampunan Allah
Salah satu pesan penting dari surat ini adalah anjuran untuk selalu beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah. Allah adalah Maha Pengampun dan siap mengampuni hamba-hamba-Nya yang kembali kepada-Nya dengan taubat yang tulus.

5.    Doa Malaikat untuk Orang Beriman
Dalam ayat 7-9, diceritakan bahwa malaikat-malaikat yang berada di sekeliling ‘Arsy memohonkan ampun untuk orang-orang beriman. Mereka berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa orang-orang beriman, menjauhkan mereka dari siksa neraka, serta memasukkan mereka ke dalam surga.

6.    Hari Kiamat dan Pembalasan
Surat ini juga memberikan peringatan tentang hari kiamat dan pembalasan. Allah mengingatkan manusia bahwa mereka akan kembali kepada-Nya dan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Orang yang durhaka akan merasakan siksa yang pedih, sementara orang yang beriman akan mendapatkan pahala yang besar.

7.    Hujah Orang Beriman terhadap Kaumnya
Dalam surat ini juga disebutkan tentang seorang laki-laki beriman dari kalangan keluarga Fir’aun yang berusaha membela Nabi Musa. Orang beriman ini memberikan argumen yang rasional dan bijaksana, memperingatkan kaumnya agar tidak menolak ajaran Musa, dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah.

Beberapa Ayat Penting dalam Surat Ghaafir

  • Ayat 3:
    “(Yang memiliki sifat) mengampuni dosa dan menerima taubat, keras hukuman-Nya, serta mempunyai karunia. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya semua akan kembali.”
  • Ayat 7-9:
    Ayat ini menggambarkan malaikat yang berdoa bagi orang-orang beriman, memohonkan ampun untuk mereka dan berdoa agar mereka dihindarkan dari siksa api neraka.
  • Ayat 28:
    Kisah seorang mukmin dari kalangan keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya. Ia membela Nabi Musa dengan logika dan nasihat yang lembut, berusaha memperingatkan kaumnya dari siksa Allah.

Kesimpulan

Surat Ghaafir menekankan sifat Allah sebagai Yang Maha Pengampun dan Penerima taubat, namun juga sebagai Yang Maha Keras hukuman-Nya bagi orang-orang yang ingkar. Surat ini mengingatkan manusia untuk selalu kembali kepada Allah dengan taubat, serta mengajarkan bahwa Allah mengampuni orang-orang yang bertaubat. Namun, bagi mereka yang menolak kebenaran setelah diberikan bukti-bukti, siksa Allah amatlah berat. Surat ini juga memberikan pelajaran dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun, serta menunjukkan pentingnya memperhatikan nasihat dan ajakan para nabi untuk beriman kepada Allah.

 

وقال : الحواميم سبع وأبواب جهنم سبع : جهنم والحطمة ولظى وسعير وسقر والهاوية والجحيم ، تجيء كل حاميم منها يوم القيامة تقف على باب من هذه الأبواب فتقول : اللهم لا يدخل هذا الباب من كان يؤمن بي

Hadits ini membahas tentang keutamaan surat-surat Al-Qur'an yang dimulai dengan "حم" (Ha-Mim) yang dikenal sebagai al-Hawamim (surat-surat "Ha-Mim") dan kaitannya dengan pintu-pintu neraka. Berikut penjelasan dari hadits ini:

Terjemahan Hadits

“Al-Hawamim ada tujuh dan pintu-pintu neraka juga ada tujuh: yaitu Jahannam, Al-Huthamah, Al-Ladho, As-Sa'ir, Saqar, Al-Hawiyah, dan Al-Jahim. Setiap surat dari al-Hawamim akan datang pada hari kiamat dan berdiri di depan salah satu pintu dari pintu-pintu neraka itu, kemudian berkata: ‘Ya Allah, janganlah Engkau masukkan melalui pintu ini orang yang beriman kepadaku (beriman kepada surat ini).'”

Penjelasan Hadits

1.    Al-Hawamim
Al-Hawamim merujuk pada surat-surat dalam Al-Qur'an yang dimulai dengan huruf "حم" (Ha-Mim). Ada tujuh surat dalam Al-Qur'an yang termasuk al-Hawamim, yaitu:

o    Surat Ghaafir (Al-Mu'min)

o    Surat Fussilat

o    Surat Asy-Syura

o    Surat Az-Zukhruf

o    Surat Ad-Dukhan

o    Surat Al-Jathiyah

o    Surat Al-Ahqaf

Surat-surat ini memiliki tema-tema yang terkait dengan kekuasaan Allah, kebesaran-Nya, serta peringatan terhadap orang-orang yang mendustakan risalah-Nya. Karena itu, surat-surat ini dianggap memiliki keutamaan yang besar dan banyak ulama menekankan untuk membaca dan menghayati kandungan surat-surat ini.

2.    Pintu-Pintu Neraka
Disebutkan bahwa ada tujuh pintu neraka, sebagaimana yang dinyatakan dalam berbagai hadits dan juga dalam Al-Qur'an. Nama-nama pintu neraka yang disebutkan dalam hadits ini meliputi:

o    Jahannam: Sebutan umum untuk neraka.

o    Al-Huthamah: Neraka yang menghancurkan dan menggilas.

o    Al-Ladho: Neraka yang berkobar-kobar dengan api yang menyala-nyala.

o    As-Sa'ir: Neraka dengan api yang berkobar terus-menerus.

o    Saqar: Neraka yang membakar kulit manusia.

o    Al-Hawiyah: Neraka yang dalam, tempat kehancuran.

o    Al-Jahim: Neraka yang apinya sangat dahsyat.

Setiap nama ini melambangkan karakteristik dan siksa tertentu dari neraka.

3.    Intervensi Surat Al-Hawamim pada Hari Kiamat
Dalam hadits ini, disebutkan bahwa surat-surat dari al-Hawamim akan memberikan syafaat (pertolongan) bagi orang-orang yang membacanya dan mengimaninya di dunia. Pada hari kiamat, setiap surat dari al-Hawamim akan berdiri di depan salah satu pintu dari pintu-pintu neraka dan memohon kepada Allah agar orang yang beriman dan membaca surat tersebut tidak dimasukkan melalui pintu neraka tersebut.

Ini menunjukkan bahwa surat-surat al-Hawamim memiliki kedudukan yang tinggi dan menjadi pelindung bagi orang-orang beriman yang mengamalkan isinya.

Hikmah dari Hadits

  • Keutamaan Membaca dan Mengimani Surat-Surat Al-Hawamim
    Hadits ini memberikan dorongan untuk membaca, menghayati, dan mengamalkan surat-surat Al-Qur'an, khususnya surat-surat al-Hawamim, karena surat-surat ini bisa menjadi syafaat pada hari kiamat.
  • Peringatan tentang Neraka
    Pintu-pintu neraka yang disebutkan dalam hadits ini mengingatkan kita akan adanya siksa yang pedih bagi orang-orang yang ingkar dan tidak mau beriman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berusaha menjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
  • Rahmat dan Syafaat Al-Qur'an
    Al-Qur'an akan menjadi penolong bagi hamba-hamba Allah yang beriman dan mengamalkan ajarannya. Surat-surat dalam Al-Qur'an, dengan izin Allah, akan memohonkan perlindungan bagi orang yang senantiasa membacanya dan menjadikannya pedoman dalam kehidupan.

Kesimpulan

Hadits ini menekankan keutamaan surat-surat al-Hawamim dan peran mereka sebagai syafaat bagi orang-orang yang beriman dan membacanya. Pada hari kiamat, surat-surat ini akan memohon kepada Allah agar orang yang beriman kepada mereka tidak dimasukkan ke dalam neraka. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kita menjaga keimanan dan terus mendekatkan diri kepada Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

 

من قرأَ { حم } المؤمِنَ إلى { إِليهِ الْمَصِيرُ } وآيةَ الكرسيِّ حينَ يصبحُ حفظَ بهما حتَّى يمسيَ ومن قرأَهما حينَ يمسي حُفِظَ بهما حتَّى يصبح

Hadits yang Anda tanyakan ini menyebutkan keutamaan membaca dua bagian ayat dari Al-Qur’an, yaitu ayat dari surat Ghaafir (Al-Mu’min) dan Ayat Kursi. Berikut adalah terjemahan dan penjelasan hadits tersebut:

Terjemahan Hadits

“Barangsiapa membaca (ayat) حم المؤمن sampai (ayat) إليه المصير dan Ayat Kursi ketika pagi hari, maka ia akan dijaga oleh keduanya hingga sore hari. Dan barangsiapa yang membacanya ketika sore hari, maka ia akan dijaga oleh keduanya hingga pagi hari.”

Penjelasan Hadits

1.    Ayat dari Surat Ghaafir (Al-Mu'min)
Dalam hadits ini disebutkan potongan ayat dari surat Ghaafir (Al-Mu’min) yang dimulai dari حم المؤمن hingga إليه المصير. Ini merujuk pada ayat pertama sampai ketiga dari surat Ghaafir:

o    "حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2) غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (3)"

Artinya:
“Haa Miim (1). Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (2). Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat, Yang Keras siksa-Nya, Yang Memiliki karunia. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (segala sesuatu)” (Ghaafir: 1-3).

Ayat-ayat ini berbicara tentang kebesaran Allah, kekuasaan-Nya, serta sifat-sifat-Nya yang mencakup pengampunan, penerimaan taubat, siksa yang keras bagi orang-orang yang menolak kebenaran, dan karunia-Nya yang tak terhingga. Dengan membaca ayat ini, seorang mukmin mengingatkan dirinya akan kekuasaan dan keesaan Allah serta perlindungan dari-Nya.

2.    Ayat Kursi
Ayat Kursi adalah ayat ke-255 dari surat Al-Baqarah:

o    "اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ"

Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah: 255).

Ayat ini disebut sebagai ayat teragung dalam Al-Qur'an karena kandungannya yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Allah secara menyeluruh. Ayat ini mengandung pengakuan tentang keesaan Allah, keagungan-Nya dalam mengurus makhluk-Nya, serta ketergantungan seluruh alam kepada-Nya.

3.    Keutamaan Membaca Ayat-Ayat Ini
Hadits ini menegaskan bahwa membaca ayat-ayat dari surat Ghaafir (ayat 1-3) dan Ayat Kursi pada waktu pagi akan melindungi seseorang hingga sore hari, dan membaca keduanya pada waktu sore akan melindungi hingga pagi hari berikutnya. Ini adalah bentuk perlindungan dari Allah kepada hamba-Nya yang senantiasa membaca dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai bagian dari dzikir harian.

Makna "dijaga" di sini bisa mencakup berbagai bentuk penjagaan, seperti penjagaan dari gangguan setan, malapetaka, ataupun keburukan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa besarnya manfaat dan keutamaan dzikir, terutama dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia seperti Ayat Kursi dan ayat-ayat awal surat Ghaafir ini.

Hikmah dari Hadits

1.    Menjaga Kedekatan dengan Allah
Dengan membaca ayat-ayat ini, seorang muslim memperkuat hubungan spiritualnya dengan Allah. Kedua bagian ayat ini mengandung makna-makna tauhid yang dalam, mengingatkan kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam kehidupan kita.

2.    Perlindungan dari Bahaya
Hadits ini memberikan motivasi untuk memulai dan mengakhiri hari dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an, yang menjadikan kita berada dalam perlindungan Allah sepanjang hari maupun malam.

3.    Menghargai Keutamaan Ayat Kursi dan Surat-Surat Lainnya
Selain Ayat Kursi yang secara umum sudah dikenal memiliki banyak keutamaan, ayat-ayat awal dari surat Ghaafir ini juga memiliki keutamaan yang luar biasa, sebagaimana dijelaskan dalam hadits ini.

Kesimpulan

Hadits ini mengajarkan keutamaan membaca ayat-ayat awal surat Ghaafir (Al-Mu’min) dan Ayat Kursi pada pagi dan sore hari. Hal ini menjadi amalan yang sangat dianjurkan karena mendatangkan perlindungan dan penjagaan dari Allah sepanjang hari. Membaca ayat-ayat ini juga memperkuat keimanan seseorang akan keesaan dan kebesaran Allah, serta menjadikan kita selalu mengingat Allah dalam setiap aktivitas kita.

 

Surat Ghaafir ayat ke-3 berbunyi:

غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ

Artinya: "(Dialah) Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat, Yang Keras hukuman-Nya, Yang Memiliki karunia. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya lah (segala sesuatu) kembali."

Penjelasan Ayat

1.    غَافِرِ الذَّنْبِ (Yang Mengampuni dosa) Ayat ini dimulai dengan menyebut salah satu sifat Allah, yaitu Ghāfir yang berarti Dia adalah Yang Maha Pengampun. Allah adalah Dzat yang siap mengampuni dosa hamba-hamba-Nya, betapapun besar dan banyaknya, selama mereka bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada manusia, yang selalu membuka pintu ampunan bagi yang bersungguh-sungguh ingin memperbaiki diri.

2.    وَقَابِلِ التَّوْبِ (Dan Menerima taubat) Selain mengampuni dosa, Allah juga adalah Qābilut Taub, yang artinya Penerima taubat. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya mengampuni dosa-dosa, tetapi juga menerima dan meridhai taubat hamba-Nya yang benar-benar menyesal dan ingin kembali kepada jalan yang benar. Ini adalah manifestasi dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bertaubat dengan ikhlas.

3.    شَدِيدِ الْعِقَابِ (Yang Keras hukuman-Nya) Namun, Allah juga memperingatkan bahwa Dia adalah Yang Keras hukuman-Nya bagi orang-orang yang tetap keras kepala dalam kesesatan dan menolak kebenaran setelah peringatan datang kepada mereka. Ini mengingatkan manusia bahwa meskipun Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat, ada konsekuensi bagi mereka yang menolak rahmat-Nya dan memilih kekufuran atau kezaliman.

4.    ذِي الطَّوْلِ (Yang Memiliki karunia) Allah adalah Dzat Yang Memiliki karunia yang besar. Karunia di sini bisa diartikan sebagai kelimpahan rahmat, karunia rezeki, kekuasaan, dan segala nikmat yang Dia berikan kepada makhluk-Nya. Ini menunjukkan bahwa selain pengampunan dan hukuman, Allah juga memiliki limpahan karunia yang Dia berikan sesuai dengan kehendak-Nya.

5.    لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (Tidak ada Tuhan selain Dia) Pernyataan tauhid ini adalah inti dari iman. Tidak ada ilah (tuhan yang berhak disembah) selain Allah. Dia satu-satunya yang berhak disembah, dimintai pertolongan, dan dipatuhi. Ini menegaskan keesaan Allah dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya.

6.    إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (Hanya kepada-Nya lah (segala sesuatu) kembali) Bagian akhir ayat ini mengingatkan bahwa pada akhirnya segala sesuatu akan kembali kepada Allah. Baik orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang ingkar, semuanya akan dikembalikan kepada-Nya untuk diadili. Ini adalah pengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, dan pada hari kiamat semua amal akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Kesimpulan

Ayat ini menggambarkan keseimbangan antara rahmat dan keadilan Allah. Di satu sisi, Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun, Penerima taubat, dan Pemilik karunia. Di sisi lain, Dia juga Keras dalam memberikan hukuman bagi yang ingkar. Ayat ini menegaskan keesaan Allah dan bahwa kepada-Nya lah segala sesuatu akan kembali. Ayat ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa memohon ampunan, bertaubat, dan tidak meremehkan dosa-dosa kita, karena Allah adalah Hakim yang Maha Adil.

من قال حين يصبح وحين يمسي: سبحان الله وبحمده مائة مرة غفرت خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر،

"Barangsiapa yang mengucapkan 'Subhanallah wa bihamdih' (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali ketika pagi dan sore hari, maka dosa-dosanya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan."

Penjelasan Hadits:

1.    Ucapan 'Subhanallah wa bihamdih' adalah bentuk dzikir yang mengagungkan Allah dengan menyatakan kesucian-Nya dari segala kekurangan dan memuji-Nya atas segala kesempurnaan.

2.    Seratus kali setiap pagi dan sore merupakan amalan dzikir yang dianjurkan untuk dilakukan secara rutin sebagai bagian dari ibadah harian.

3.    Pengampunan dosa yang dijanjikan dalam hadits ini adalah kemurahan dari Allah bagi mereka yang beristighfar dan bertaubat dengan ikhlas.

4.    Buih di lautan menggambarkan betapa banyaknya dosa yang bisa diampuni oleh Allah jika seseorang rutin melakukan dzikir ini, menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah.

Hadits ini menekankan pentingnya dzikir sebagai bentuk ibadah dan cara untuk meraih pengampunan dari Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

67Tafsir Surat Al-Mulk

Tafsir Surat al-Anbiya

52. TAFSIR SURAT ATH THUUR