37. TAFSIR SURAT ASH-SHAFFAT
"وقال عليه أفضل الصلاة والسلام: من باع عيبا لم يبينه لم يزل في مقت الله ولم تزل الملائكة تلعنه."
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang menjual barang dengan cacat (aib) tanpa menjelaskan cacatnya, maka ia senantiasa berada dalam kemurkaan Allah, dan para malaikat terus-menerus melaknatnya."
Hadits ini mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dalam transaksi jual beli. Jika seseorang mengetahui bahwa barang yang dijual memiliki cacat atau kekurangan, ia wajib menjelaskan hal tersebut kepada calon pembeli. Menyembunyikan cacat barang berarti menipu, yang dalam Islam adalah perbuatan yang sangat dilarang.
Pesan utama dari hadits ini:
- Kewajiban Transparansi: Penjual harus jujur dengan menjelaskan kondisi barang yang dijual, terutama jika ada cacat atau kekurangan.
- Konsekuensi Menyembunyikan Aib: Jika penjual menyembunyikan cacat, maka ia akan mendapatkan kemurkaan dari Allah dan laknat dari para malaikat.
- Etika dalam Berdagang: Hadits ini mengingatkan pentingnya etika dan moral dalam dunia perdagangan agar setiap transaksi dilakukan dengan adil dan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.
Hadits ini juga memperkuat pentingnya nilai-nilai integritas dan kejujuran dalam Islam, yang tidak hanya berlaku dalam ibadah, tetapi juga dalam interaksi sosial seperti perdagangan.
"إِذَا دَعَا الرَّجُلُ إِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ"
Artinya: "Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur (untuk berhubungan), namun istrinya tidak memenuhinya, lalu suami tidur dalam keadaan marah padanya, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari." (HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dan saling memenuhi kewajiban antara suami dan istri, khususnya dalam hal hubungan suami istri. Beberapa poin penting yang dapat diambil dari hadits ini:
Kewajiban Istri: Dalam Islam, istri diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan biologis suaminya selama tidak ada alasan yang syar’i, seperti sakit atau halangan lainnya. Hal ini adalah bagian dari menjaga keharmonisan rumah tangga.
Hak Suami: Hadits ini juga menunjukkan bahwa seorang suami memiliki hak untuk mendapatkan kepuasan dari istrinya, dan seorang istri dianjurkan untuk tidak menolak ajakan suami selama tidak ada halangan yang dibenarkan.
Konsekuensi Penolakan: Jika seorang istri menolak ajakan suami tanpa alasan yang sah, dan suami merasa marah atau kecewa, malaikat melaknat istri tersebut hingga pagi hari. Ini menggambarkan betapa seriusnya hal ini dalam pandangan Islam.
Pentingnya Komunikasi: Meskipun hadits ini membahas tanggung jawab istri, namun penting juga bagi suami untuk memahami kondisi istrinya. Islam sangat menekankan sikap saling pengertian dan kasih sayang dalam hubungan suami istri.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan dalam pernikahan, termasuk dalam hal kebutuhan fisik. Namun, hubungan suami istri dalam Islam tidak hanya didasarkan pada hak, tetapi juga saling pengertian, kasih sayang, dan rasa hormat. Kedua belah pihak, baik suami maupun istri, harus berusaha memenuhi kewajiban mereka untuk menjaga kebahagiaan dan kerukunan dalam rumah tangga.
22.
اِحۡشُرُوا الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡا وَاَزۡوَاجَهُمۡ وَمَا كَانُوۡا يَعۡبُدُوۡنَ
23.
مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ فَاهۡدُوۡهُمۡ اِلٰى صِرَاطِ الۡجَحِيۡمِ
Terjemahannya:
22. (Allah berfirman), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah,
23. selain Allah. Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka."
Ayat-ayat ini menggambarkan perintah Allah pada hari kiamat untuk mengumpulkan orang-orang yang zalim bersama dengan orang-orang yang serupa dengan mereka, serta berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. Mereka kemudian akan dibawa menuju jalan yang mengarah ke neraka sebagai balasan atas perbuatan zalim dan kesesatan yang mereka lakukan di dunia.
"قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "يحشر الناس يوم القيامة على ثلاثة أصناف؛ صنف مشاة، وصنف ركبانا، وصنف على وجوههم" . قيل : يا رسول الله، وكيف يمشون على وجوههم؟ قال : "إن الذي أمشاهم على أقدامهم قادر أن يمشيهم على وجوههم، أما إنهم يتقون بوجوههم كل حدب وشوك"
Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam tiga golongan; golongan yang berjalan, golongan yang berkendaraan, dan golongan yang berjalan di atas wajah mereka." Dikatakan: 'Ya Rasulullah, bagaimana mereka berjalan di atas wajah mereka?' Beliau menjawab: "Sungguh, Allah yang membuat mereka berjalan di atas kaki mereka, Dia Maha Mampu membuat mereka berjalan di atas wajah mereka. Ketahuilah, mereka akan melindungi wajah mereka dari setiap halangan seperti tanjakan dan duri-duri." (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menjelaskan kondisi manusia saat dibangkitkan dan dikumpulkan pada hari kiamat. Ada tiga golongan atau cara manusia akan dikumpulkan:
Golongan yang berjalan biasa: Ini menunjukkan keadaan manusia yang masih bisa berjalan dengan normal, mungkin karena amal mereka di dunia cukup baik.
Golongan yang berkendaraan: Ini bisa diartikan sebagai orang-orang yang mendapatkan kemuliaan atau perlakuan khusus, karena amal shaleh mereka. Kendaraan di sini adalah bentuk penghargaan Allah kepada mereka.
Golongan yang berjalan di atas wajah mereka: Ini menggambarkan bentuk penghinaan dan siksaan bagi orang-orang yang zalim atau banyak berbuat dosa. Ketika para sahabat bertanya bagaimana seseorang bisa berjalan di atas wajah, Rasulullah menjelaskan bahwa Allah yang mampu membuat manusia berjalan di atas kaki-Nya tentu mampu juga membuat mereka berjalan di atas wajah mereka. Dalam keadaan ini, wajah mereka akan terkena halangan seperti tanjakan atau duri, menunjukkan betapa beratnya hukuman yang mereka hadapi.
Makna dan Pelajaran dari Hadits:
Keadilan Allah: Pada hari kiamat, manusia akan menerima perlakuan sesuai dengan amal perbuatan mereka. Orang yang berbuat baik akan dimuliakan, sementara orang yang berbuat buruk akan dihinakan.
Kemahakuasaan Allah: Allah mampu melakukan segala sesuatu, termasuk membuat manusia berjalan di atas wajah mereka sebagai bentuk azab. Ini menunjukkan bahwa tidak ada batasan bagi kekuasaan Allah.
Siksaan bagi Orang yang Berdosa: Golongan yang berjalan di atas wajah mereka adalah simbol siksaan dan penghinaan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar dan terus-menerus melakukan kezaliman.
Hadits ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga amal dan perilaku kita di dunia, karena konsekuensinya akan jelas di akhirat kelak.
"يُحْشَرُ النَّاسُ علَى ثَلاثِ طَرائِقَ، راغِبِينَ راهِبِينً، واثْنانِ علَى بَعِيرٍ، وثَلاثَةٌ علَى بَعِيرٍ، وأَرْبَعَةٌ علَى بَعِيرٍ، وعَشَرَةٌ علَى بَعِيرٍ، وتَحْشُرُ بَقِيَّتَهُمُ النَّارُ تَبِيتُ معهُمْ، حَيْثُ باتُوا وتَقِيلُ معهُمْ حَيْثُ قالُوا، وتُصْبِحُ معهُمْ حَيْثُ أصْبَحُوا، وتُمْسِي معهُمْ حَيْثُ أمْسَوْا."
Artinya: "Manusia akan dibangkitkan pada tiga macam golongan: ada yang penuh keinginan, ada yang takut, dua orang menunggang satu unta, tiga orang di atas satu unta, empat orang di atas satu unta, dan sepuluh orang di atas satu unta. Dan sisanya akan dikumpulkan oleh api yang menginap bersama mereka di malam hari, siang bersama mereka di waktu siang, pagi bersama mereka di waktu pagi, dan sore bersama mereka di waktu sore." (HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menggambarkan keadaan manusia pada hari kiamat ketika mereka dikumpulkan dari berbagai tempat dan dalam berbagai kondisi:
Tiga golongan manusia saat dibangkitkan:
- Raghibin (yang penuh keinginan): Mereka adalah orang-orang yang berharap kebaikan dan ridha Allah. Mereka dibangkitkan dengan harapan untuk mendapatkan pahala dan masuk surga.
- Rahibin (yang ketakutan): Mereka adalah orang-orang yang merasa ketakutan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Ketakutan ini muncul dari kekhawatiran mereka terhadap azab Allah.
- Menunggang unta dengan jumlah banyak: Ini menggambarkan bagaimana manusia akan berada dalam kondisi kesulitan sehingga mereka akan berbagi kendaraan untuk bergerak. Kondisi ini menunjukkan ketidakberdayaan dan betapa beratnya perjalanan pada hari kiamat.
Manusia berkumpul dalam kelompok kecil di atas unta:
- Dalam hadits ini, dijelaskan bahwa dua, tiga, empat, hingga sepuluh orang akan menunggang satu unta. Ini merupakan simbol betapa sulitnya situasi di hari kiamat sehingga banyak orang harus berbagi satu kendaraan. Kondisi ini mencerminkan bahwa perjalanan di akhirat sangat berat dan tidak semua orang memiliki kemudahan.
Sisa manusia digiring oleh api:
- Hadits ini juga menjelaskan bahwa ada sebagian manusia yang tidak mendapatkan kendaraan dan mereka digiring oleh api. Api tersebut akan mengiringi mereka ke mana pun mereka pergi, baik ketika mereka berhenti untuk tidur, beristirahat di siang hari, atau berjalan di pagi dan sore hari. Ini menggambarkan bahwa api akan menjadi alat untuk menggiring mereka menuju tempat penghakiman.
Pesan dari Hadits:
Kesulitan di Hari Kiamat: Hadits ini menunjukkan betapa beratnya kondisi manusia pada hari kiamat. Mereka akan menghadapi situasi yang sulit, dan hanya orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah yang akan merasa tenang.
Keadilan Allah: Orang-orang akan dikumpulkan sesuai dengan amal perbuatan mereka. Ada yang penuh harapan dan ada yang ketakutan, serta ada yang digiring oleh api karena dosa-dosa mereka.
Pentingnya Persiapan untuk Akhirat: Hadits ini mengingatkan manusia untuk selalu mempersiapkan diri dengan amal baik dan taqwa agar mereka termasuk golongan yang mendapatkan kemudahan dan harapan di akhirat, bukan golongan yang ditimpa kesulitan dan digiring oleh api.
Dengan demikian, hadits ini adalah peringatan penting tentang pentingnya beramal shaleh di dunia dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat.
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu'adz bin Jabal radhiallahu anhu, di Mahsyar kelak, terdapat 10 golongan pelaku maksiat yang akan dibangkitkan dengan wajah dan penampilan yang berbeda-beda, sesuai dengan jenis kemaksiatan yang mereka lakukan di dunia. Setiap golongan ini akan mengalami bentuk siksa fisik atau penampilan yang mengerikan sebagai akibat dari dosa-dosa yang mereka lakukan. Berikut adalah 10 golongan tersebut:
Golongan yang dibangkitkan dengan wajah seperti wajah kera
- Mereka adalah orang-orang yang suka menyebarkan fitnah dan menyebarkan gosip (namimah).
Golongan yang dibangkitkan dengan wajah seperti wajah babi
- Mereka adalah orang-orang yang tamak dan suka memakan harta yang haram, seperti riba, penipuan, dan harta yang tidak sah.
Golongan yang dibangkitkan dalam keadaan terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas
- Mereka adalah orang-orang yang suka memakan riba.
Golongan yang buta dan bingung, tidak tahu ke mana harus berjalan
- Mereka adalah orang-orang yang melakukan tindakan sewenang-wenang dan zalim terhadap orang lain.
Golongan yang tuli, bisu, dan buta serta tidak berakal
- Mereka adalah orang-orang yang sombong dan membanggakan diri serta menganggap remeh orang lain.
Golongan yang menggigit lidah mereka sendiri hingga lidah mereka terlepas
- Mereka adalah orang-orang yang suka memfitnah dan menyebarkan kebohongan.
Golongan yang dibangkitkan dengan tangan dan kaki yang terpotong-potong
- Mereka adalah orang-orang yang suka mengganggu dan menyakiti tetangga mereka.
Golongan yang dibangkitkan dalam keadaan tergantung di pohon berduri
- Mereka adalah orang-orang yang suka menipu dalam urusan jual beli, berbohong dalam transaksi, dan mengambil keuntungan secara curang.
Golongan yang dibangkitkan dalam keadaan mabuk dan gila
- Mereka adalah orang-orang yang suka minum khamar (minuman keras) dan zat-zat yang memabukkan di dunia.
Golongan yang dibangkitkan dalam keadaan berpakaian dari aspal yang terbakar
- Mereka adalah orang-orang yang sombong dan angkuh dalam menjalani hidup mereka, merendahkan orang lain dan merasa lebih tinggi dari yang lain.
Golongan-golongan ini menunjukkan betapa beratnya siksa dan penyesalan yang akan dialami oleh para pelaku maksiat di Mahsyar. Bentuk siksaan tersebut mencerminkan perbuatan mereka di dunia, sebagai peringatan bagi kita untuk menjauhi segala bentuk maksiat dan menjalani hidup dengan taqwa kepada Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar