Tafsir Surat Al-Haj

 Tafsir Surat Al-Haj

 

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.

 

( وأذن في الناس ) أي : أعلم وناد في الناس ، ( بالحج ) فقال إبراهيم وما يبلغ صوتي؟ فقال عليك الأذان وعلي البلاغ فقام إبراهيم على المقام فارتفع المقام حتى صار كأطول الجبال فأدخل أصبعيه في أذنيه وأقبل بوجهه يمينا وشمالا وشرقا وغربا وقال : يا أيها الناس ألا إن ربكم قد بنى بيتا وكتب عليكم الحج إلى البيت فأجيبوا ربكم فأجابه كل من كان يحج من أصلاب الآباء وأرحام الأمهات : لبيك اللهم لبيك قال ابن عباس : فأول من أجابه أهل اليمن فهم أكثر الناس حجا .

الثانية : لما فرغ إبراهيم - عليه السلام - من بناء البيت ، وقيل له : أذن في الناس بالحج ، قال : يا رب ! وما يبلغ صوتي ؟ قال : أذن وعلي الإبلاغ ؛ فصعد إبراهيم خليل الله جبل أبي قبيس وصاح : يا أيها الناس ! إن الله قد أمركم بحج هذا البيت ليثيبكم به الجنة ويجيركم من عذاب النار ، فحجوا ؛ فأجابه من كان في أصلاب الرجال وأرحام النساء : لبيك اللهم لبيك ! فمن أجاب يومئذ حج على قدر الإجابة ؛ إن أجاب مرة فمرة ، وإن أجاب مرتين فمرتين

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ ، فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا، أَوْ نَصْرَانِيًّا،

Kata ulama berarti mati dalam keadaan suul khotimah

Ukuran mampu secara ekonomi menurut imam alghazali. Jika punya uang cukup untuk pergi haji tapi kalau pergi haji tidak bisa beli rumah. Maka dahulukan haji karena pulang bisa masih bisa sewa rumah, kecuali dalam urusan nikah. Maka nikah dulu karena tidak mungkin sewa istri setelah pulang haji.

Wajib seseorang menjual rumah jika hasil jual rumah bisa pergi haji. Maka cukup sewa setelah haji.

Maksudnya adalah jika ia dalam contoh mampu di atas tapi ia tidak memilih haji maka ia dikhawatirkan mati suul khotimah seperti hadits di atas dan mati bawa hutang.

يجب بيع المسكن للحج و يكتفي بالإكتراء اى استأجر

روى البخاري ومسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (العمرة إلى العمرة كفارة ما بينهما، والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة). وفي رواية الترمذي: (العمرة إلى العمرة تُكَفِّر ما بينهما، والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة).

اى يدخل الجنة بغير حساب ولا سابقة عذاب

Kalau ada orang mampu mati, maka sisakan dulu untuk di hajikan sebelum di bagikan warisannya.

علامة قبول الحج ان يرجع خيرا مما كان ولا يعارض المعاصي

سئل الحسن البصري: ما علامة الحج المبرور؟ فقال: أن يرجع العبد زاهدًا في الدنيا، راغبًا في الآخرة.

Roh orang yang haji mabrur itu sudah kontak dengan surga dan sudah melihat kenikmatan surga maka ia melihat zuhud kepada dunia dan sudah rindu dengan akhirat.

Bagaimana mendapatkan haji mabrur?

الحج المبرور هو الذي جمع أوصافاً:

 

أولاً: أن يكون خالصاً لله.

 

ثانياً: أن يكون بمال حلال.

 

ثالثاً: أن يقوم فيه الإنسان بفعل ما يجب ليكون عبادة.

وقال ابن عبد البر: الحج المبرور هو الذي لا رياء فيه ولا سمعة ولا رفث ولا فسوق وخرج بمال حلال.

الحج المبرور هو الذي لا يرتكب فيه صاحبه معصية لله، كما يدل على ذلك قوله -صلى الله عليه وسلم- فيما رواه أبو هريرة -رضي الله عنه-: (من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه).

Al-Hajj · Ayat 11

 

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ࣙاطْمَـَٔنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ࣙانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ ۝١١

wa minan-nâsi may ya‘budullâha ‘alâ ḫarf, fa in ashâbahû khairunithma'anna bih, wa in ashâbat-hu fitnatuningqalaba ‘alâ waj-hih, khasirad-dun-yâ wal-âkhirah, dzâlika huwal-khusrânul-mubîn

Di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak dengan penuh keyakinan). Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang. Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang (kembali kufur). Dia merugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata.

Ayat ini menerangkan bahwa ada pula sebagian manusia yang menyatakan beriman dan menyembah Allah dalam keadaan bimbang dan ragu-ragu; mereka berada dalam kekhawatiran dan kecemasan; apakah agama Islam yang telah mereka anut itu benar-benar dapat memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat. Mereka seperti keadaan orang yang ikut pergi perang, sedang hati mereka ragu-ragu untuk ikut itu. Jika nampak bagi mereka tanda-tanda pasukan mereka akan memperoleh kemenangan dan akan memeroleh harta rampasan yang banyak, maka mereka melakukan tugas dengan bersungguh-sungguh, seperti orang-orang yang benar-benar beriman. Sebaliknya jika nampak bagi mereka tanda-tanda bahwa pasukannya akan menderita kekalahan dan musuh akan menang, mereka cepat-cepat menghindarkan diri, bahkan kalau ada kesempatan mereka berusaha untuk menggabungkan diri dengan pihak musuh. Keadaan mereka itu dilukiskan Allah dalam ayat ini. Jika mereka memperoleh kebahagiaan hidup, rezeki yang banyak, kekuasaan atau kedudukan, mereka gembira memeluk agama Islam, mereka beribadat sekhusyu-khusyunya, mengerjakan perbuatan baik dan sebagainya. Tetapi jika mereka memperoleh kesengsaraan, kesusahan hidup, cobaan atau musibah, mereka menyatakan bahwa semuanya itu mereka alami karena mereka menganut agama Islam. Mereka masuk Islam bukanlah karena keyakinan bahwa agama Islam itulah satu-satunya agama yang benar, agama yang diridai Allah, tetapi mereka masuk Islam dengan maksud mencari kebahagiaan duniawi, mencari harta yang banyak, mencari pangkat dan kedudukan atau untuk memperoleh kekuasaan yang besar. Karena itulah mereka kembali menjadi kafir, jika tujuan yang mereka inginkan itu tidak tercapai. Pada ayat-ayat yang lain Allah menerangkan perilaku mereka: (yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, "Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?" Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. (an-Nisa`/4: 141) Tujuan mereka melakukan tindakan-tindakan yang demikian itu dijelaskan Allah dengan ayat berikut: Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali. (an-Nisa`/4: 142) Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri baik di dunia, apalagi di akhirat. Akibatnya di dunia mereka mendapat bencana, kesengsaraan dan penderitaan lahir dan batin, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh siksa yang amat berat dengan dimasukkan ke dalam api neraka. Karena ketidaksabaran dan tidak tabah itu mereka akan memperoleh kerugian yang besar dan menimbulkan penyesalan selama-lamanya.

 

﴿فَلَمَّا آتَاهُم مِّن فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوا وَّهُم مُّعْرِضُونَ﴾

[ التوبة: 76]

 

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). [Tawbah: 76]

يروي المفسرون أن ثعلبة بن أبي حاطب طلب من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن يدعو الله -سبحانه وتعالى- له أن يرزقه مالاً، فزجره النبي -صلى الله عليه وسلم-، وبيَّن له أن قليلاً من المال يؤدي شكره خير من كثير لا يستطيع شكره، فكان رده أن حلف بالله -عز وجل- لئن آتاه مالاً ليؤتين كل ذي حق حقه، فدعا له النبي -صلى الله عليه وسلم- فاستجاب له الله -سبحانه وتعالى-، ورزقه أغناماً.[٣]

فنمت تلك الأغنام حتى ضاقت عليه طرقات المدينة المنورة، فأخذها بجوار المدينة بها، وظل يشهد الصلاة مع النبي -صلى الله عليه وسلم- والمسلمين، ثم يخرج إليها، ثم نمت أكثر حتى تعذرت عليه مراعي المدينة، فابتعد إلى خارجها أكثر، فلم يكن يستطيع إلا أن يشهد الجمعة فقط، ثم يخرج إليها، وترك صلاة الجماعة، ثم نمت أكثر فابتعد بها عن حدود المدينة، فترك الجمعة والجماعة.[٣] ثم أنزل الله -سبحانه وتعالى- على رسوله -صلى الله عليه وسلم- قوله: (خُذ مِن أَموالِهِم صَدَقَةً تُطَهِّرُهُم وَتُزَكّيهِم بِها)،[٤]فوظّف على جمع الصدقات رجلين، وأعطاهما كتاب ليعرضاه على المسلمين ليدفعوا بموجبه الزكاة المترتبة عليهم، فلما أتيا ثعلبة، طلب منهما أن يذهبا إلى الناس، فإذا فرغا فليمرا به، فلما عادا وطلبا منه زكاته قال: "ما هذه إلا أخت الجزية!" فتركاه، فأنزل الله -سبحانه وتعالى- فيه الآيات.[٣] مرت الأيام ثم جاء ثعلبة بالصدقة إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-، فرفض أن يقبلها؛ لأن الله -عز وجل- منعه من أخذها، فأخذ يحثو التراب على رأسه، فلما توفي رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم-، جاء بصدقته إلى أبي بكر الصديق -رضي الله تعالى عنه- فلم يقبلها، وكذلك فعل عمر -رضي الله عنه- في خلافته فلم يقبلها، وتوفي ثعلبة في زمن عثمان -رضي الله عنه-.

Kalau istiqomah di jalan Allah maka ia akan  mudah melalui sirotul mustaqim

Cara agar selalu berada di jalan Allah adalah :

1. Memperkuat keimanan kepada Allah Swt 

2. Jangan jauh dari Ulama dan orang sholeh karena mereka adalah tempat bertanya, tempat bermusyawarah, minta saran. Kalau jauh dari ulama maka sulit selalu berada di jalan yang lurus, tidak cukup belajar lewat buku, dan radio, karena masalah masalah kita terkadang tidak ada dan cocok dengan ceramah tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir 30 Juz

Tafsir Surat Thaha

29. TAFSIR SURAT ALANKABUT